KHUTBAH ‘IDUL FITRI 1 SYAWWAL 1431 H/10 SEPTEMBER 2010 M DI MASJID BESAR AN-NAJAH KEC. CIBATU KAB. GARUT, JABAR

KHUTBAH ‘IDUL FITRI 1 SYAWWAL 1431 H/10 SEPTEMBER 2010 M
DI MASJID BESAR AN-NAJAH KEC. CIBATU KAB. GARUT, JABAR
------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh : Prof. Dr. H. Saeful Anwar, MA.


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

الحمد لله نستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيآت أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادى له، أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن والاه، قال الله تعالى فى القرآن الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم (لايلاف قريش # ايلافهم رحلة الشتاء والصيف # فليعبدوا رب هذا البيت # الذي أطعمهم من جوع وآمنهم من خوف #) وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (رأس الأمر الاسلام، وعموده الصلاة، وذروة سنامه الجهاد فى سبيل الله)، وقال  صلى الله عليه وسلم  : (من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه)، (أما بعد) فان خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد، وشر الأمور محدثاتها، وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار.  صدق الله العظيم وصدق رسوله الكريم. أيها الناس أوصينى واياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر،  لااله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.


          Hadirin Yang Berbahagia !
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita, sehingga kita masih bisa berkumpul pada waktu dan di tempat yang berbahagia ini untuk melaksanakan shalat ‘Idul Fitri, sesudah sukses berpuasa sebulan di bulan Ramadlan dan mengeluarkan zakat fitri  tahun 1431 H.  Semoga iman-islam dan semua amal ibadah kita diterima di sisi Allah SWT dengan balasan berlipat-ganda di dunia dan di akhirat. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Hadlirin Rahimakumullah !
Bulan Ramadlan, yaitu bulan suci dan panen pahala yang penuh berkah, yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan ujungnya pembebasan dari api neraka, di mana pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan diringkus, dan di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang kemarin sudah berlalu dengan hasil perolehan kita masing-masing dan tidak akan ketemu lagi selamanya, sedangkan Ramadlan  depan belum tentu kita jumpai. Tetapi dengan Ramadlan yang sudah berlalu itu insya Allah kita semua yang berpuasa sebulan penuh dengan ikhlas dan sempurna kini sudah bersih dari semua dosa, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan karena iman dan ikhlas, diampuni dosanya yang telah lalu”. Dengan jiwa yang sudah bersih dan fitri ini, marilah kita pertahankan terus makna dan semangat Ramadlan, di mana keutamaaan dan keistimewaan Ramadlan itu adalah karena ruhnya, terutama tiga peristiwa besar di dalamnya, yaitu diturunkannya al-Qur’an, berpuasa Ramadlan dan perang Badar atau jihad fi sabilillah. الله أكبر ولله الحمد
Hadlirin Rahimakumullah !
Al-Qur’an sebagai Nur (Cahaya) Allah diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira di puncak Jabal Nur (Gunung Cahaya) pada malam “Lailatul Qadar” yang waktu itu jatuh pada malam Senin 17 Ramadlan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebagai Cahaya yang menerangi, al-Qur’an adalah bayan dan tibyan li kulli syai’ (penjelasan tentang segala sesuatu), sebagai rahmat bagi alam semesta,  furqan (pemisah yang tegas antara haq dan batil, antara iman dan kufur, antara baik dan buruk dan antara halal dan haram), sebagai hudan, mau’izah, syifa’ dan busyra bagi orang-orang beriman. Ia bukan saja merupakan kalam Allah yang membacanya adalah ibadah dan akan menjadi syafa’at bagi kita di Hari Akhir, tapi juga merupakan tali bergantung kepada Allah sebagai ilmu khusus yang diberikan Allah kepada manusia melalui jalan resmi yaitu pewahyuan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, sebagai imbangan bagi ilmu yang diberikan Allah melalui jalan tidak resmi, yaitu melalui pemikiran dan pengalaman manusia sendiri seperti sains dan teknologi. Bahkan ia  merupakan sumber dari segala ilmu dan sistem hidup yang menyinari dunia melalui proses sejarah yang panjang, sejak kebangkitan dunia Islam abad 7-15 M, yaitu sejak masa Rasulullah SAW, al-Khulafa’ al-Rasyidun, Daulat Umawiyah Asia dan Andalus, Daulat ‘Abbasiyah Asia dan Andalus, dan separuh Daulat Turki Usmani, yang menimbulkan Renessans Eropa di abad 14-17 dan Aufklarung di abad 18 M, sampai kepada masa kemajuan sains dan teknologi yang kita nikmati sekarang ini. Tanpa diturunkannya al-Qur’an sebagai basis pencerdasan  dan pencerahan serta sumber revolusi ilmu dan peradaban dunia itu, dunia akan tetap gelap-gulita dalam sistem dan kultur kehidupan primitif yang barbarian dengan teknologi yang tidak semaju yang kita saksikan sekarang ini. Oleh karena itu, marilah kita jadikan kembali al-Qur’an sebagai paradigma, weltanschauung dan basis filosofis bagi pengembangan iptek dan pendidikan kita dalam kerangka upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi salah satu tujuan nasional yang diamanatkan oleh konstitusi negara kita UUD 1945.
Tentu saja al-Qur’an  tidak akan dapat berperan menyinari dunia andaikan ia difahami secara salah dan/atau tidak diaktualisasikan dalam kehidupan nyata  umat manusia, seperti terjadi dalam masa kemunduran dunia Islam terutama sejak abad 16 hingga abad 21 M ini, di mana al-Qur’an lebih banyak diperlombakan sekedar bacaan dan lagunya dan diamalkan sebagai isim atau jimat, bahkan banyak yang memusuhi orang yang mengamalkan dan berjuang menegakkan ajaran al-Qur’an dengan menganggapnya sebagai perbuatan kriminal yang harus dihukum. Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din mengibaratkan orang yang hanya memperhatikan bacaan al-Qur’an seperti seorang awam yang mendapat surat dari raja, yang isinya bahwa ia harus menghadap raja pada hari dan tanggal tertentu sesudah melaksanakan tugas-tugas yang dijelaskan dalam surat. Tetapi karena keindahan bahasa surat itu, dan karena kebanggaan si awam terhadap dirinya yang mendapat surat dari raja, ia membaca dan menciumi terus-menerus surat itu dan menghafalnya di luar kepala, sampai lupa tidak melaksanakan tugas-tugas yang menjadi isi surat. Ketika waktu menghadap sudah tiba, ia dijemput paksa oleh ajudan raja dalam keadaan belum sempat melaksanakan tugas itu. Dan orang yang mencari solusi untuk mengobati penyakit individual dan sosial, dan mengerti bahwa obat yang paling jitu itu adalah al-Qur’an, tetapi tidak mau melaksanakan konsep-konsepnya, ibarat seorang pengidap penyakit kronis yang berobat ke sana kemari, tapi selalu menolak obat yang diberikan dokter dengan alasan pahit dan ia mempunyai kebebasan HAM untuk menerima atau menolak resep dokter. Orang cengeng egois seperti ini pasti tidak akan pernah sembuh dari penyakitnya seumur hidup, dan kian hari akan semakin terpuruk dan mungkin ambruk. الله اكبر ولله الحمد
Hadlirin rahimakumullah !
Oleh karena itu, untuk membangun manusia-manusia yang bersih, kuat dan tangguh dengan kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan sosial yang matang, Allah mendidik, melatih dan menempa kita sebulan penuh setiap tahun dengan berpuasa Ramadlan setelah tempaan dengan shalat dan zakat, yang disusul dengan ibadah haji , yang semuanya merupakan realisasi dan  tindak lanjut dari Syahadatain yang membentuk kepribadian muslim. Dengan puasa fisik kita menjadi sehat seperti telah dijamin Rasul dan telah terbukti secara ilmiah. Dengan puasa kita dirangsang untuk selalu memikirkan, merenungkan dan meneliti alam semesta dan diri kita sendiri sebagai ciptaan Allah, sehingga kita menjadi maju dan dekat dengan-Nya, serta sadar akan hakekat diri sebagai makhluk jasmani dan ruhani yang berakal dengan segala potensi dan nalurinya, sadar akan hakekat cara wujud kita sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, dan sadar akan fungsi eksistensi kita di tengah alam semesta sebagai Abdi dan Khalifah Allah di bumi. Dengan puasa kita dilatih mengendalikan nafsu syahwat dan gadlab serta memerangi syetan  supaya syahwat dan gadlab tetap beroperasi di bawah kendali akal yang disinari wahyu sehingga kita menjadi manusia sejati yang utuh dan imbang, ikhlas, ulet, tahan uji, berdisiplin dan militan dengan dedikasi dan kesadaran hukum yang tinggi, sehingga tidak mau memakan, memanfaatkan dan melakukan apa yang bukan hak kita, yaitu yang diharamkan agama, tidak menjadi manusia-manusia amoral yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan demi kepentingan pribadi dan/atau kelompoknya yang sesaat. Dengan puasa kita dididik dan dilatih untuk memahami dan menghayati lapar dan derita kaum miskin, lemah dan tertindas dengan cara terjun langsung perut kita sendiri lapar, haus dan letih. Dengan puasa diharapkan tidak muncul sekelompok manusia egois yang rakus dan tamak yang dengan mengatasnamakan wakil atau pemimpin rakyat justeru hidup mewah menghamburkan uang negara di atas penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang lemah dan tertindas, dan tidak muncul apa yang dikatakan Calvin bahwa raja yang tidak mengagungkan Allah bukanlah pendiri sebuah kerajaan tapi pendiri sebuah organisasi perampok. Dengan puasa Ramadlan, di mana semua umat Islam di seluruh dunia serempak menjalani puasa yang sama, timbul rasa senasib sepenanggungan, yaitu solidaritas yang kuat di antara sesama umat Islam.
 Itulah profil dan karakteristik manusia-manusia beriman dan bertaqwa yang hendak dibentuk oleh puasa, yaitu individu-individu dan umat yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan sosial yang tinggi dan militan sehingga mampu mengemban amanat penderitaan rakyat dan memajukan kesejahteraan umum. Tujuan nasional  yang berupa memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan sistem perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan mustahil akan terwujud apabila para pemimpin bangsa ini, khususnya kaum elite agama, politik dan ekonomi, tidak memiliki karakter yang dibentuk oleh spirit puasa. Umat Islam dan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim memang bukan kaum komunis-diktatorian, tapi juga bukan kaum kapitalis-liberalis, melainkan bangsa Pancasilais yang mayoritas islami yang karakteristiknya terlihat jelas dalam al-Qur’an dan al-Sunnah serta dalam Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu penggeseran  khittah perjalanan bangsa dan negara Indonesia ke arah ekstrim manapun juga, baik ke kiri yaitu komunisme-diktatorisme dan materialisme, maupun ke kanan yaitu kapitalisme-liberalisme dan idealisme, bukan saja merupakan pengkhianatan terhadap amanat rakyat dan bangsa Indonesia, para pahlawan, pejuang kemerdekaan dan pendiri Republik ini, tapi juga merupakan penghancuran identitas dan kepribadian bangsa dan negara Indonesia sendiri.  الله أكبر ولله الحمد
Hadlirin rahimakumullah !
Kecerdasan atau kemajuan ilmu dan peradaban dalam pengabdian kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan kebaktian kepada kemanusiaan yang adil dan beradab, dan kemajuan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial, tidak mungkin terwujud apabila bangsa itu  tidak terlindungi keamanannya. Karena itu dalam tahun yang sama dengan tahun diwajibkannya puasa Ramadlan, yaitu 2 H, Allah juga mensyariatkan jihad fi sabilillah dalam arti perang fisik melawan musuh dari luar, yaitu kafir yang memusuhi, untuk bela diri dan pengamanan dakwah sehingga dakwah sampai ke dalam hati dan otak manusia yang sebebas-bebasnya sesuai prinsip “Laa ikraha fi al-Din” (Tidak ada paksaan dalam memasuki agama). Oleh karena itu, pada hari Jum’at 17 Ramadlan 2 H, umat Islam Madinah terlibat dalam perang Badar melawan umat Musyrikin Makkah. Dalam perang besar pertama yang menentukan sejarah dunia ini, Nabi dan 313 Shahabat Ahli Badar dengan dua pasukan berkuda dan 70 unta kendaraan harus berhadapan dengan 950 tentara Musyrikin Makkah dengan 200 pasukan berkuda dan sejumlah besar unta kendaraan. Dalam situasi berbahaya ini Rasul menjerit memohon bantuan kepada Allah SWT, “Ya Allah tolonglah kami, tolonglah kami, andaikan orang-orang mukmin yang tersisa ini pun binasa, Engkau tak akan lagi melihat seorang manusia pun di muka bumi ini yang menyembah-Mu”. Berkat taqarrub dan doa Rasul yang suci dengan strategi dan taktik perangnya yang genius, serta dedikasi, militansi dan disiplin prajurit yang prima dan berpuasa, umat Islam memperoleh kemenangan besar, sehingga dari tahun ke tahun mereka terus berjaya dan kuat, sampai Makkah jatuh ke tangan Rasul 20 Ramadlan 8 H. Kemudian Rasul pun wafat setelah menuntaskan risalahnya, di mana agama Islam sudah lengkap-sempurna dengan kedua sumber utamanya, yang kita tidak akan tersesat jalan selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, dan sesudah Negara Madinah kokoh dan kuat yang kepemimpinannya diteruskan oleh al-Khulafa’ al-Rasyidun, dengan rakyat dan umat yang tangguh fisik dan mental serta bersih lahir-batin, dan bersatu-padu ibarat sebuah bangunan yang satu bagian dengan bagian lainnya saling mengikat, atau sebuah tubuh yang bila salah satu organnya sakit seluruh tubuh ikut menderita dengan tak dapat tidur dan demam.
Hadlirin Rahimakumullah !
Mungkin sebagian orang seperti rezim sekuler dari pemerintahan suatu negara tempo hari menganggap bahwa puasa menurunkan produktivitas sehingga malarang rakyatnya berpuasa Ramadlan. Tetapi fakta empirik menunjukkan bahwa bulan Ramadlan dengan semangat al-Qur’an, puasa dan perang Badar-nya telah memperlihatkan sederetan kemenangan besar umat Islam sepanjang sejarah. Pada masa Nabi, Makkah jatuh ke tangan umat Islam  tanggal 20 Ramadlan 8 H. Pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidun, Imperium Musyrikin Persi tumbang untuk selamanya sesudah kemenangan besar umat Islam dalam berbagai peperangan sejak Ablah sampai Qadisiyah dan Madain 12-15 H yang melibatkan bulan Ramadlan. Pada masa Umawi, Pulau Rhodesia jatuh dari tangan Ahlli Kitab Romawi ke tangan umat Islam pada Ramadlan 53 H, dan Spanyol jatuh dari mereka ke tangan tentara Islam di bawah kepemimpinan Thariq ibn Ziyad pada bulan Ramadlan 92 H. Pada masa Abbasiyah, Khalifah al-Mu’tashim berhasil membebaskan Amuriyah dari Ahli Kitab Romawi pada 6 Ramadlan 223 H. Shalahuddin al-Ayyubi berhasil membebaskan benteng Shafad dari Ahli Kitab pada Ramadlan 584 H. Pasukan Sultan Baybars mengalahkan tentara Musyrikin Mongol Tatar di ‘Ain Jalut pada 25 Ramadlan 658 H, dan umat Islam bangsa Indonesia pun memproklamasikan kemerdekaannya dari imperialisme Ahli Kitab Belanda dan Musyrikin Jepang pada hari Jum’at bulan Ramadlan 1375 H/17 Agustus 1945 M.. الله أكبر ولله الحمد
Hadlirin Rahimakumullah !
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu merupakan titik kulminasi dari proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang, sebagai reaksi terhadap aksi imperialisme bersegi tiga : Gospel, Gold dan Glory, yang nilai-nilai perjuangan bangsa itu telah dikristalisasikan melalui konsensus nasional pertama dalam bentuk Piagam Jakarta yang kemudian mencetuskan dan menjiwai Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945  dan menjadi Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan modifikasi tertentu. Alinea ketiga dari Pembukaan UUD 1945 itu menyatakan dengan jelas akidah umat Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu bahwa pernyataan kemerdekaan itu dicapai oleh rakyat Indonesia atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Hal ini dipertegas dengan alinea keempat mengenai tujuan berdirinya negara RI, sebagai negara yang berkedaulatan rakyat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika sila pertama dan kedua yang bersesensikan nilai-nilai teologis-etis merupakan reaksi terhadap aksi Gospel sekaligus merupakan reformulasi terhadap perintah Allah “ فليعبدوا رب هذا البيت ", yang mesti dijiwai oleh al-Qur’an, maka sila kelima yang beresensikan nilai-nilai keadilan sosial-ekonomis merupakan reaksi terhadap aksi Gold  sekaligus reformulasi dari prinsip   “ الذي أطعمهم من جوع ", yang dalam konteks upaya manusiawi hanya akan terealisir dengan jiwa puasa yang disyariatkan Allah, dan sila ketiga dan keempat yang beresensikan nilai-nilai politis-militer merupakan reaksi terhadap aksi Glory sekaligus reformulasi dari prinsip “وآمنهم من خوف  " dengan jihad fi sabilillah, yang negara NKRI didirikan dan dipertahankan dengan semangat jihad fi sabilillah, antara lain  untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebab sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kita bangsa Indonesia yang mayoritas muslim bukanlah bangsa “pak turut” yang bermental lembek dan senang dijajah atau bermental kuli kepada penjajah, melainkan bangsa besar yang bermental pejuang kemerdekaan sejati yang dibentuk oleh  al-Qur’an, puasa Ramadlan dan perang Badar atau jihad fi sabilillah. الله أكبر ولله الحمد
Hadlirin Rahimakumullah !
Dalam kesempatan yang berbahagia dan dengan jiwa yang fitri ini, marilah kita panjatkan do’a ke Hadlirat Allah SWT agar kiranya kita termasuk orang-orang muflihun, manusia-manusia sukses, yaitu yang mendapat ridla Allah Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan hasanah di dunia dan hasanah di akhirat serta terpelihara dari api neraka. الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله حمدا يوافى نعمه  ويكافئ مزيده، يا ربنا لك الحمد كما ينبغى لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه والتابعين له باحسان الى يوم الدين أجمعين، آمين يا رب العالمين ويا مجيب السائلين،  اللهم انا نسألك سلامة فى الدين، وعافية فى الجسد، وزيادة فى العلم، وبركة فى الرزق، وتوبة قبل الموت ورحمة عند الموت ومغفرة بعد الموت، اللهم هون علينا فى سكرات الموت والنجاة من النار والعفو عند الحساب.  ربنا لا تزغ قلوبنا بعد اذ هديتنا، وهب لنا من لدنك رحمة انك أنت الوهاب، ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين اماما، ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى اآخرة حسنة وقنا عذاب النار، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم، سبحان ربك رب العزة عما يصفون، وسلام على المرسلين، والحمد لله رب العالمين.
عباد الله، ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى يعظكم لعلكم تذكرون، ولذكر الله أكبر.

. والشلام عليكم ورحمة الله وبركاته

0 comments:

Copyright © 2013. BloggerSpice.com - All Rights Reserved
Customized by: MohammadFazle Rabbi | Powered by: BS
Designed by: Endang Munawar