PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER

PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh: Endang Munawar

Ditinjau dari sudut pandang bahasa (etimologi), kata karakter berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti "to engrave".  Istilah ini bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan atau menggoreskan. Selain itu, masih dalam bahasa Yunani karakter dikenal dengan istilah tomark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengimplementasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan tingkah laku.[1]Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata karakter diartikan; tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.[2]

Dari penjelasakan konsep karakter di atas, maka karakter secara etimologi mempunyai makna psikologis atau sifat kejiwaan karena terkait dengan aspek kepribadian (personality). Akhlak atau budi pekerti, tabiat, watak, atau sifat kualitas yang membedakan seseorang dari yang lain atau kekhasan (particular quality) yang dapat menjadikan seseorang terpercaya dari orang lain. Dari konteks inipun, karakter mengandung unsur moral, sikap bahkan perilaku karena untuk menentukan apakah seseorang memiliki akhlak atau budi pekerti yang baik, hanya akan terungkap pada saat seseorang itu melakukan perbuatan atau perilaku tertentu.
Sementara menurut terminologis terdapat beberapa pengertian tentang karakter, sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Diantaranya menurut Doni Kusuma istilah karakter sama dengan kerpibadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan[3]. Simon Philips mengatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.Memperkuat pendapat Philips, Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.[4]
Selanjutnya Tadkirotun Musfiroh berpendapat bahwa karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti tomark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan tingkah laku[5], sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang yang berkarakter jelek.Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut berkarakter mulia.
Hermawan Kartajaya[6] mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu (manusia).Ciri khas tersebut adalah asli, dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespon sesuatu. Sehingga karakter merupakan identitas atau label yang melekat pada seseorang dan menjadi motivator dirinya dalam berperilaku.
Lickona mengemukakan bahwa karakter adalah “a reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way[7] yang berarti suatu watak terdalam untuk merespon situasi dengan cara yang menurut moral baik. Selanjutnya Lickona membahkan bahwa karakter tersusun ke dalam tiga bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan bermoral, dan perilaku bermoral.Berdasarkan pandangannya tersebut.Lickona menegaskan bahwa karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (desiring the good), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (doing the good).
Sementara itu, Aan Hasanah berpendapat bahwa karakter adalah satu set perilaku yang bersumber dari suatu kehendak yang sudah biasa dan sering dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadi kebiasaan yang bersifat spontan. Karakter mencakup aspek pribadi dan sosial, yang menggambarkan integritas sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat[8].
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter merupakan sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pemikiran dan perbuatannya. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal dan dapat ditemukan dalam sikap-sikap seseorang terhadap Tuhan, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya, terhadap lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.



[1] Aan Hasanah, 2013, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, Bandung: Insan Komunika, 40.
[2]Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 682.
[3] Koesoema A, Doni (2007), Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman,( Jakarta: Grasindo). 80.
[4] Gunawan,  Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, 3
[5] Aan Hasanah, (2013), Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, (Bandung : Insan Komunika), 40
[6] Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, 2
[7] Lickona, (1991), Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. (New York, Toronto, London, Sydney, Auckland: Bantam Books), 51
[8] Aan Hasanah, (2013), Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, (Bandung : Insan Komunika). 44

0 comments:

Copyright © 2013. BloggerSpice.com - All Rights Reserved
Customized by: MohammadFazle Rabbi | Powered by: BS
Designed by: Endang Munawar