METODE PEMBELAJARAN KITAB TAFSIR JALALAIN DI PESANTREN ROJAUL HUDA (PART 1)

METODE PEMBELAJARAN KITAB TAFSIR JALALAIN
DI PESANTREN
(Penelitian di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat)
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
            Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pusat penyiaran Islam yang tertua di Indonesia yang lahir dan berkembang seirama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kampus) dengan satri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa kiyai dengan ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. (Arifin, 2000:240).

            Pondok pesantren yang merupakan “bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah, bila dirunut kembali sesungguhnya presantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama atau dai. (Hasbullah, 1999:138).
            Dari beberapa pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia, yang lahir dan berkembang seirama dengan tumbuh dan berkembangnya masyarakat di Indonesia.
            Dalam melaksankaan fungsinya, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang termasuk ke dalam sub sistem pendidikan nasional, sebagaimana tercantum pada pasal 30 ayat 4, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis (Noor, 2006:4). Sejalan dengan itu Nurcholis Madjid, (tt, 3) mengemukakan :
            “Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasioanl. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous)”. Dengan demikian, keberadaan pondok pesantren sama halnya dengan lembaga-lembaga formal lainnya.
            Dilihat dari tipologi pembelajaran, pondok pesantren memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikan tersebut adalah independensinya yang kuat. Kuatnya independensi sebagaimana yang diungkapkan oleh Husni Rahim (2001:158), “menyebabkan lembaga ini memiliki keluesan dan kebebasan relatif yang tidak harus memihak dan mengikuti model baku yang diterapkan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan”. Dengan demikian, Pesantren bebas mengembangkan model pendidikannya tanpa harus mengikuti kebebasan dan peluang untuk menentukan sistem pendidikan yang akan diterapkan di pesantren. Sebagai akibat dari hal tersebut di atas, maka model atau sistem pendidikan yang berjalan di pesantren sangat beragam sesuai dengan kecendrungan dan misi yang dikembangkan oleh Kiyai sebagai pemilik pesantren tersebut.
            Dari sekian banyak pola pendidikan pesantren yang ada, namun setidaknya unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah pondok pesantren hampir sama, yakni terdiri dari pondok, mesjid, santri, pengajaran kitab Islam dan Kiyai. (Zamakhsyari Dhofier, 2011:79).
Pola pendidikan yang diselenggarakan di pesantren cukup beragam. Namun demikian, fungsi yang diembannya sama yakni mendidik dan mengajarkan ilmu agama islam, yaitu sebagai upaya mewujudkan manusia yang tafaqquh fi ad-din (Depag, 2003:32). Kesamaan tersebut dapat dilihat dari jenis-jenis mata pelajaran yang diajarkan di pesantren. Hampir di seluruh pesantren di tanah air ini mengajarkan mata pelajaran yang sama, yang dikenal dengan ilmu-ilmu keislaman, yang meliputi al-Qur’an (tazwid, tafsir, dan ilmu tafsir), al-Hadits, Aqidah/Tauhid, Akhlak/Tasawuf, Fiqih dan Ushul Fiqih, Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, manthiq dan Balaghah) serta Tarikh / Sejarah Islam. Lebih lanjut Zamakhsyari Dhofier,  (2011:87) menjelaskan :
“Sekarang kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok jenis pengetahuan : 1. Nahwu (syntax) dan shorof (morfologi); 2. Fiqih; 3. Ushul fiqih; 4. Hadits; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika, dan 8. Cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Balaghah”.
Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dipergunakan pada situasi pesantren atau merupakan metode pembelajaran asli (original) pesantren. (Depag, 2003:73).
Salah satu kitab klasik yang diajarkan di pondok pesantren adalah kitab tafsir. Kitab tafsir adalah kitab yang mempelajari ayat-ayat al-Qur’an yang disusun oleh Ulama Tafsir, mulai dari penjelasan arti kosa kata (mufradat), kalimat, sebab turunnya ayat (asbabun nuzul), penjelasan tentang kedudukan ayat, hingga penjelasan makna yang terkandung di dalamnya. (http://istanailmu.com/archives-2011/sejarah-singkat-perkembangan-ilmu-tafsir/html).
Salah satu kitab tafsir yang paling banyak dikaji di Indonesia, bahkan hampir di setiap pesatren adalah tafsir jalalain karya Jalaludin as-Syuyuti dan Jalaludin al-Mahali.
Pondok Pesantren Rojaul Huda merupakan salah satu pondok pesantren yang berada di Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat yang bergerak di bidang keagamaan. Seperti halnya pesantren-pesantren pada umumnya, di pesantren ini juga mengkaji kitab-kitab kuning seperti kitab alat, fiqih, ushul fiqih, aqidah dan termasuk kitab tafsir.
Adapun alokasi waktu untuk pengajian kitab tafsir adalah ba’da magrib (18.30-20.15) dan ba’da subuh (05.15 – 06.30). Adapun metode yang digunakan dalam mengkaji kitab tafsir yaitu dengan menggunakan metode bandongan, sorogan, mudzakarah dan ceramah.
Dari hasil observasi di lokasi, penulis menemukan masih banyak santri yang kurang memahami kitab tafsir dengan menggunakan metode tersebut di atas. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai penggunaan metode-metode yang digunakan dalam mempelajari kitab tafsir tersebut, dan diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah yang berjudul:
METODE PEMBELAJARAN KITAB TAFSIR DI PESANTREN (Penelitian di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat).
B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulis jelaskan diatas, maka untuk memudahkan penulisan dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Metode apa saja yang digunakan oleh kiyai atau guru dalam menyampaikan pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat?
2.  Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi kiyai atau guru dalam melaksanakaan pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat?
3.  Bagaimana hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat?
C.   Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan penelitian ini adalah antara lain untuk mengetahui:
1.  Metode yang digunakan oleh kiyai atau guru dalam menyampaikan pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat.
2.  Faktor  yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi kiyai atau guru dalam melaksanakan pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat.
3.  Bagaimana hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat.
D.   Kerangka Pemikiran
            Proses pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan interaksi dari tenaga pengajar (guru) dan warga belajar (siswa) yang sedang mengadakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi tersebut berlangsung dalam suasana edukatif. (Uzer Usman, 1992:1).
Salah satu elemen yang paling mendasar bagi keberhasilan proses pembelajaran adalah penggunaan metode pembelajaran. Nana Sudjana (2005:76) mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah, “Cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dari seorang guru kepada siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam definisi tersebut terkandung makna bahwa dalam penerapannya ada kegiatan memilih, menetapkan, menggunakan dan mengembangkan metode yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sebagai lembaga pendidikan, pondok peantren walaupun dikategorikan sebagai lembaga pendidikan tradisional mempunyai metode pembelajaran tersendiri dan ini menjadi ciri khas sistem pengajaran / metodik-didaktik yang lain dari sistem-sistem pengajaran yang dilakukan di lembaga formal. Pengembangan KBM di pondok pesantren dalam bidang pendidikan pada dasarnya terdiri atas dua poros, yaitu pengembangan ke dalam (internal) dan keluar (eksternal). Pengembangan internal terpusat pada upaya-upaya menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih efektif terutama dengan mengembangkan metode-metode pembelajaran.
            Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau seringkali disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500 murid) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, bahkan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. (Zamakhsyari Dhofier, 2011:54).
            Selanjutnya metode yang digunakan adalah metode sorogan. Dalam metode sorogan biasanya dilakukan oleh santri-santri yang baru yang memerlukan bimbingan individual. Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai ilmu yang diajarkan. (Zamakhsyari Dhofier, 2011:55). Dengan demikian, inti dari metode sorogan adalah proses berlangsungnya pembelajaran secara face to face antara kiyai dan murid atau santri.
            Selain itu, metode yang digunakan di pondok pesantren adalah menggunakan metode Mudzakarah. Secara umum, mudzakarah mengandung arti pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah diniyah seperti ibadah (ritual) dan aqidah (teologi) serta masalah-masalah agama pada umumnya. Metode ini biasanya digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan yang berhubungan dengan konteks masa sekarang ditunjau dari analisa kitab-kitab Islam klasik. Tujuan pengunaan metode mudzakarah adalah untuk melatih para santri agar lebih terlatih dalam memecahkan masalah dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. (Amanah, 1991:125).
            Metode ceramah juga sering digunakan di pondok pesantren. Metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan oleh guru secara monolog dengan hubungan satu arah. (Muhibbin Syah, 1995:204). Sementara itu, Winarno Surahmad, (1990:89) mengemukakan bahwa metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerapan dan penuturan secara  lisan oleh seseorang terhadap pendengar.
            Tujuan dari semua penggunaan metode di atas adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa/santri  dalam proses pembelajaran yang dalam hal ini mampu dan menguasai kitab-kitab kuning yang dikaji di pesantren.
            Sebagaimana yang dilakukan di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat, metode-metode tersebut di atas digunakan dalam kegiatan pembelajaran kitab-kitab kuning, khususnya kitab tafsir. Namun, hasil pengamatan penulis di lapangan masih melihat santri yang masih kurang memahami terhadap kitab tafsir tersebut.
            Untuk lebih jelasnya tentang pelaksanaan metode pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat dapat dilihat pada skema di bawah ini :
METODE PEMBELAJARAN KITAB TAFSIR DI PONDOK
Input Santri
 
PESANTREN ROJAUL HUDA, KECAMATAN LEMBANG, KAB. BANDUNG BARAT
Faktor
Penunjang
 
Faktor
Penghambat
 
 




           
 





E.   Langkah-Langkah Penelitian
1.      Menentukan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif atau gambaran data (objek) yang diungkapkan berupa kata-kata atau lisan, mengenai efektifitas dengan penggunaan metode cerita yang kemudian data tersebut disusun dan dianalisa. Dengan demikian, penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian data. Data tersebut mungkin dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, vidiotape, dokumen peribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. Peneliti menganalisa data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. (Lexy j. Moleong, 2007:11)
2.      Menentukan Sumber Data
Sumber data penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti para siswa/santri dan guru/kiyai yang ada di di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini, adalah Al-Qur'an dan terjemahannya, Hadist, buku-buku pustaka, internet, kamus bahasa Arab dan Indonesia, majalah dan sumber lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
3.      Menentukan Jenis Data
Jenis data yang akan dihimpun dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang data-datanya diperoleh dari observasi yaitu wawancara. Adapun data-data yang dihimpun adalah data tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah metode-metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar kitab tafsir.
4.      Menentukan Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dengan observasi langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode-metode yang sudah dijelaskan sebelumnya di atas yakni metode sorogan, bandongan, mudzakarah dan ceramah di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat, maka penulis dapat memperoleh data awal untuk menyiapkan proposal penelitian ini kernudian dijadikan kerangka awal penelitian
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Lexy J Moleong, 2007: 186)
Wawancara dilakukan langsung oleh penulis dengan siswa atau santri yang melaksanakan pengajian kitab tafsir, dan para pendidiknya atau gurunya di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat, untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode-metode yang digunakan dalam pengajian kitab tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat.  
c.  Studi Dokmentasi
Tehnik ini digunakan dalam rangka menyalin dokumen atau bahan serta memudahkan data yang di temukan selama penelitian di lapangan.
5.      Analisa Data
Data yang telah terkumpul, oleh penulis di analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan tehnik analisa isi. Dalam pelaksanaanya, penganalisaan dilakukan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut
a. Telaah Data
Menelaah semua data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, photo dan lain sebagainya dengan cara dipelajari dan ditelaah.
b. Kategorisasi Data
Kategorisasi data adalah penyusunan kategori, yaitu mengelompokkan data-data yang telah terkumpul dalam bagian-bagian ini, yang secara jelas berkaitan atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu.
c. Penafsiran Data
Penafsiran data dilakukan dengan cara melakukan kategori beserta kawasannya  selama penelitian berjalan sehingga ditemukan hubungan proposisi yang cukup padat dan memungkinkan ditemukan hubungan kunci berupa kerangka umum  tentang Metode Pembelajaran Kitab Tafsir yang ada di Pondok  Pesantren Rojaul Huda, Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat.
d. Menarik Kesimpulan

Dengan kesimpulan ini akan diperoleh informasi serta implikasi dari penelitian yang dilakukan informasi tersebut dapat berupa pendapat baru, pengakuan terhadap pendapat lama, atau koreksi terhadap pendapat lama sehingga pada akhirnya akan ditemukan secara komprehensif tentang Efektivitas Penggunaan Metode Cerita dalam Pendidikan Agama Islam.

0 comments:

Copyright © 2013. BloggerSpice.com - All Rights Reserved
Customized by: MohammadFazle Rabbi | Powered by: BS
Designed by: Endang Munawar