Prinsip-prinsip pembinaan Karakter
Prinsip-prinsip pembinaan Karakter
oleh: Endang Munawar
Untuk mencapai hasil optimal dalam pendidikan
karakter, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut [1]:
1.
Sekolah atau lembaga pendidikan seharusnya dapat membentuk para
siswa menjadi orang-orang yang sukses dari segi akademik dan non akademik.
Adapun nilai-nilai nonakademik menyangkut sikap dan perilaku (akhlak mulia)
sehingga para lulusan tidak hanya cerdas pikiran, tetapi juga cerdas emosi dan
spiritual
2.
Sekolah sebaiknya merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang
secara tegas menyebutkan keinginan terwujudnya kultur dan karakter mulia di
sekolah. Visi dan misi ini menjadi acuan sekaligus cita-cita yang ingin dicapai
sekolah dengan program-programnya dengan mengintegrasikan nilai-nilai ajaran
agama dan nilai-nilai karakter mulia pada segala aspek kehidupan bagi seluruh
warga sekolah, terutama para peserta didiknya
3.
Membiasakan kultur akhlak mulia di sekolah untuk saling
bekerjasama, saling tegur, sapa, salam, dan senyum, masuk lima belas menit
lebih awal untuk melaksanakan tadarus guna implementasi budaya cinta alqur’an
baik pimpinan sekolah, guru, karyawan, maupun para peserta didik
4.
Sekolah secara khusus menentukan kebiajakan-kebijakan yang mengarah
kepada pembangunan kultur akhlak mulia, terutama bagi para siswanya, seperti
wajib melaksanakan seperti wajib melaksanakan shalat wajib lima waktu (khusus
di sekolah shalat dzuhur berjamaah), shalat jum’at, shalat dhuha, serta
peringatan hari besar keagamaan dengan pola dan variasi yang berbeda
5.
Pengembangan karakter mulia di sekolah akan berhasil jika ditunjang
dengan kesadaran yang tinggi dari seluruh warga sekolah, orang tua dan
masyarakat bahkan eksistensi pimpinan sekolah yang memiliki komitmen tinggi
untuk pengembangan kultur akhak mulia di sekolah sangat diperlukan demi
kelancaran program-program yang telah dirancang
6.
Untuk pengembangan kultur dan karakter mulia di sekolah juga
diperlukan program-program sekolah yang secara tegas dan terperinci mendukung
terwujudnya kultur tersebut. Program-program ini dirancang dalam rangka
pengembangan atau pembiasaan siswa sehari-hari, baik dalam pengamalan
ajaran-ajaran agama maupun nilai-nilai moral dan etika universal.
7.
Pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah juga memerlukan
peraturan atau tata tertib sekolah yang tegas dan terperinci yang mendukung
kelancaran pembangunan kultur akhlak mulia tersebut.
8.
Untuk mendukung kelancaran pengembangan karakter mulia siswa,
sekolah (terutama guru) sebaiknya menyiapkan seluruh perangkat lunak
pembelajaran di kelas, seperti kurikulum, silabus, RPP (terutama materi dan
strategi pembelajaran), dan sistem penilaiannya.
9.
Agar pembinaan karakter mulia para siswa lebih efektif diperlukan
keteladanan (model) dari para guru (termasuk kepala sekolah) dan para karyawan
di sekolah agar para siswa benar-benar termotivasi dan tidak salah dalam
penerapan nilai-nilai karakter yang ditargetkan
10.
Demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah,
diperlukan dukungan nyata dari komite sekolah, baik secara moral maupun
finansial
11.
Orangtua siswa dan masyarakat berpengaruh besar dalam pembinaan
karakter siswa, terutama di luar sekolah. Oleh karena itu, demi kelancaran
pembinaan karakter siswa ini, orang tua siswa dan masyarakat sebaiknya ikut
mendukung pengembangan kultur akhlak mulia ini.
12.
Tiga pusat pendidikan, yaitu pendidikan formal (sekolah),
pendidikan informal (keluarga), pendidikan nonformal (masyarakat) seharusnya
seiring sejalan (sinergis) demi kelancaran pembinaan karakter siswa sehingga
kemungkinan pengaruh buruk dari media (TV, film, HP, video, dan internet) dapat
dihindari dan diminimalisasi.
13.
Pembinaan karakter siswa di sekolah juga dapat didukung dengan
membangun komunikasi yang harmonis antara guru, orangtua siswa, dan masyarakat
yang diupayakan oleh sekolah dengan selalu mengajak masyarakat sekitar sekolah
untuk peduli dengan sekolah dan program-programnya
14.
Reward (hadiah) dan punishment (hukuman) bisa juga diterapkan untuk
memotivasi siswa dan seluruh warga sekolah dalam mendukung terwujudnya kultur
akhlak mulia di sekolah
15.
Untuk membangun kultur akhlak mulia di sekolah dibutuhkan waktu
yang tidak singkat. Oleh karena itu, sekolah perlu merancang pembinaan kultur
dan karakter di sekolah secara bertahap dan berkesinambungan
16.
Membangun karakter siswa secara utuh harus memerhatikan dua dimensi
kehidupan, yaitu dimensi vertical dalam rangka berkarakter mulia terhadap Allah
Swt dan dimensi horizontal dalam rangka
berhubungan dengan sesame manusia. Oleh karena itu, pembinaan
karakter siswa melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan menjadi sangat penting, disamping melalui pembiasaan-pembiasaan
nilai-nilai kebaikan yang bersifat universal.
17.
Membangun karakter mulia siswa di sekolah tidak cukup hanya dengan
melalui mata pelajaran tertentu, seperti PAI, PKn dan Bahasa Indonesia; tetapi
juga melaui semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang ditempuh dengan
cara terintegrasi, sehingga kesuksesan pembinaan karakter mulia siswa ini
menjadi tanggungjawab bersama.
18.
Terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah juga membutuhkan
dukungan sarana prasarana sekolah yang memadai. Oleh karena itu, sekolah
sebaiknya menyediakan fasilitas yang cukup demi kelancaran pengembangan kultur
akhlak mulia di sekolah
19.
Sekolah sebaiknya memiliki buku panduan pengembangan kultur akhlak
mulia yang komprehensif agar menjadi pedoman yang baku dalam pengembangan
kultur akhlak mulia di sekolah. Buku ini dapat dijadikan pedoman yang bisa
dibaca dan dipahami oleh semua komponen sekolah yang akhirnya dapat dipraktikan
dengan mudah di sekolah
20.
Sebagai kelengkapan perangkat untuk kelancaran pengembangan kultur
akhlak mulia, perlu juga dilakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program
pembangunan kultur akhlak mulia yang dilakukan di sekolah agar dapat diambil
sikap yang tepat.
0 comments: