METODOLOGI PEMBELAJARAN TAFSIR PART 3


BAB III
ANALISIS HASIL PENELITIAN LAPANGAN
A.   Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
1.  Sejarah Singkat Pondok Pesantren Rojaul Huda
Pondok Pesantren Rojaul Huda dirintis oleh Kiyai. Tamman Syahmutama pada tahun 1986 M. (Lintasan Sejarah Pesantren Rojaul Huda, tt : 1). Beliau merupakan pendatang yang datang dari kec. Cisurupan Bandung Barat. Setelah lahan cukup baik dan aman dari gangguan binatang buas juga layak huni, segera ia membangun sebuah rumah yang digunaan untuk tempat ‘uzlah dan riyadlah (latihan spiritual).

Secara yurudis formal, LPAI tidak cukup kuat untuk menampung beberapa lembaga pendidikan lagi, maka pada tanggal 29 April 1981 dengan Akte Notaris Mukhlis Munir, SH, LPAI berubah menjadi sebuah Yayasan dengan nama Yayasan Pendidikan Islam Darun Nasya dengan nomor 5/YY/1984. (Lintasan Sejarah Pesantren Rojaul Huda, tt : 15).
Secara formal Rojaul Huda menaungi dan membina lembaga pendidikan yang ada di lingkungan Rojaul Huda sebagai berikut :
1.                  TKA/TPA
2.                  Sekolah Menengah Pertama Darun Nasya
3.                  Sekolah Menengah Atas Darun Nasya
4.                  Pondok Pesantren Putera Rojaul Huda
5.                  Pondok Pesantren Puteri Rojaul Huda
6.                  Koperasi Pesantren
7.                  Majlis Ta’lim
2.  Letak Geografis Pondok Pesantren Rojaul Huda
Pondok Pesantren Rojaul Huda, berada di Kp. Pasir Handap RT. 01 RW 14 Desa Pagerwangi Kec. Lembang Kab. Bandung Barat. Pondok Pesantren Rojaul Huda, berbatasan dengan Kp. Areng di sebelah barat, Punclut di sebelah timur. Sementara di sebelah utara berbatasan dengan sebuah Bukit (Bukit Punclut), dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kp. Cijengkol.
Pondok Pesantren Rojaul Huda cukup dekat dengan pusat pemerintahan. Jarak dengan balai Desa Pagerwangi ± 1,5 KM, ke pusat pemerintahan Kecamatan Lembang ± 1 KM, ke pusat pemerintahan Kabupaten Bandung Barat ± 25 KM, sementara ke pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat ± 20 KM. ( observasi dan wawancara dengan Kepala Desa Pagerwangi, tanggal 25 Pebruari 2013).
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Rojaul Huda
VISI
Menjadi Pondok Pesantren yang mampu melahirkan para ahli ilmu yang berhati ikhlas, berakhlak mulia dan berprestasi 
MISI
Dalam rangka meraih visi di atas maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
1.    Menciptakan Susana pembelajaran yang kondusif dan islami
2.    Melakukan recruitment pendidik yang sesuai dengan bidang studinya.
3.    Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap santri dapat berkembang secara optimal sesuai dengan ;potensi dan kemampuan yang dimiliki.
4.    Melaksanaakan kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan kepribadian siswa baik dalam berorganisasi, ilmu pengetahuan, kesenian maupun olahraga
5.    Menumbuhkembangkan budaya disiplin, bersih, aman, tertib, indah dan kekeluargaan di lngkungan sekolah
6.    Mengikutsertakan santri dalam event lomba berbagai bidang (ilmu pengetahuan, kesenian ataupun oahraga)
7.    Menghasilkan lulusan yang percaya diri dan siap untuk mensyiarkan islam ke masyarakat
MOTTO PONPES ROJAUL HUDA
Membuka hati, pikiran, jalan dan ikhlas menolong orang untuk menggapai cita dan asa
MOTTO SANTRI
Kami siap menjadi siswa berprestasi dan berakhlakul karimah. BE THE BEST, GO PONPES ROJAUL HUDA!
SISTEM PEMBELAJARAN
Pembagian kelas di bagi menjadi 3 kelas diantaranya,
1.    Kelas A untuk sisiwa yang berkempuan tinggi
2.    Kelas B untuk santri berkemampuan sedang
3.    Kelas C untuk santri berkemampuan kurang (rendah)

PROGRAM UNGGULAN DAN WAKTU
1.    Bahasa Arab (Senin s/d Rabu) pukul 16.00 s/d 17.20 wib (kelas A,B,C)
2.    Bahasa Inggris (Kamis s/d Sabtu) pukul 16.00 s/d 17.20 wib (kelas A,B,C)
3.    Kajian Kitab Kuning (Senin s/d Sabtu) pukul 20.00 s/d 21.00 wib (kelas A,B,C)
4.    Tahfidzul Quran (senin s/d sabtu) pukul 13.00 s/d 14.00 wib (kelas A,B,C)
5.    Publik Speacking (jumat) pukul 20.00 s/d 21.30 wib (kelas A,B,C)
6.    Publik Relation (minggu) pukul 08.00 s/d 10.00 wib(kelas A,B,C)
4. Struktur Organisasi
            Pondok Pesantren Rojaul Huda secara struktural berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darun Nasya yang telah berbadan hukum dengan akta notaris no. C-1193-HT.03.01-Th.1999, tgl. 14 Mei 1999 Struktur kepengurusan Yayasan Pendidikan Islam Darun Nasya adalah sebagai berikut :
Ketua Umum              :    Ust. Tamman Syahmuttama, RH.
Wakil Ketua               :    Much. Rifqi Syahmuttaqi, SE., M.pd.
Sekretaris Umum        :    Topik M.pd
Bendahara Umum      :    Ustdzh. Ayi Qomariyah
Seksi-Seksi      :          
A.      Seksi Pendidikan
1.    Endang Munawar, M.Pd
2.    Fathimah Madaniyyah
B.      Seksi Pembangunan
1.    Much. Syammi Nuhson.
2.    Much. Laudza Fatnan
C.      Seksi Kesejahteraan
1.    Much. Tsulutsallaili
2.    Much. Dzillah
            Sedangkan struktur kelembagaan Pondok Pesantren Rojaul Huda adalah sebagai berikut :
 








Keterangan :
: Garis instruktif
: Garis koordinatif
                                                        (dikutip dari Akte Yayasan Pendidikan Islam Darun Nasya)
            Struktur kepengrususan Pondok Pesantren Rojaul Huda adalah sebagai berikut:
Pelindung            :    Ketua Yayasan Pendidikan Islam Darun Nasya
Ketua                   :    Ust. Tamman Syahmuttama, RH.
Sekretaris             :    Topik, M.Pd.
Bendahara           :    Much. Rifqi Sy., SE., M.pd
Seksi-Seksi          :   
A.   Seksi Pendidikan
1.    Endang Munawar, Mpd
2.    Much. Laudza Fatnan
3.    Much. Syammi Nuhson
B.    Seksi Kebersihan
1.    Much. Hasbi Hasbiyallah
2.    Rizki Sulaiman
3.    Much. Deri Nur Bilad
C.    Seksi Kelengkapan
1.    Fajar Syamsudin
2.    Sukamdani Rahayu
3.    Tamara Monica Puteri
5.  Keadaan Ustadz dan Santri di Pondok Pesantren Rojaul Huda
            1.  Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Rojaul Huda
            Pondok Pesantren Rojaul Huda dalam penyelenggaraan dan pembinaan bagi santrinya diasuh oleh Ust. Tamman Syahmuttama, RH., dibantu oleh para ustadz dan ustadzah yang sebagian besar adalah santri senior di Pondok Pesantren Rojaul Huda.
            Adapun para ustadz dan ustadzah di Pondok Pesantren Rojaul Huda adalah sebagai berikut :
a.         Ust. Tamman Syahmuttama, RH.
b.        Usdzh. Ayi Qomariyah
c.         Ust. Rifqi Sy., SE., M.Pd
d.        Ust. Syammy Nuhson
e.         Ust. Laudza Fatnan
f.         Ust. Tsulutsallaili
g.        Ust. Dzillah
h.        Ust. Topik, M.Pd.
i.          Ust. Endang Munawar, M.Pd
j.          Ustdzh. Fathimah Madaniyyah, M.pd
(Wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren, K.H. R. Satibi, tanggal 18 Maret 2013).
            2.  Keadaan Santri Pondok Pesantren Rojaul Huda
            Dalam perkembangannya, keadaan santri di Pondok Pesantren Rojaul Huda terus mengalami dinamika seiring dengan perkembangan zaman. Ketika masa awal berdiri dan belum ada asrama khusus untuk santri, maka masih banyak santri kalong daripada santri mukim.
            Setelah dibangun asrama putera dan asrama puteri, maka mulai banyak santri yang mukim. Pada saat ini kebanyakan santri berusia 12 tahun ke atas atau setingkat Mts/SMP dalam pendidikan formal.  Selain santri yang bersekolah di luar, juga banyak santri yang mengaji dan berlatih wirausaha dalam bidang perkebunan, perikanan dan peternakan yang dikelola Pondok Pesantren.
            Untuk lebih jelasnya data santri di Pondok Pesantren Rojaul Huda:
a.      Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 01
Keadaan santri berdasarkan jenis kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
40
2
Perempuan
35
Jumlah Total
75

Tabel 02
Keadaan Santri Berdasarkan Usia
b.         Berdasarkan Usia
No
Usia
Jumlah
1
7 – 12 tahun
15
2
12 – 15 tahun
45
3
16 – 19 tahun
15
Jumlah Total
75
c.         Berdasarkan Pendidikan
Tabel 03
Keadaan Santri Berdasarkan Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
1
SD
15
2
SMP
45
3
MA/SMA
15
Jumlah Total
75

(Dikutip dari Dokumentasi Pondok Pesantren Rojaul Huda 2013)
6.  Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Rojaul Huda
            Sebagai sebuah lembaga pendidikan keagamaan, Pondok Pesantren Rojaul Huda membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung upaya untuk menggapai cita-cita dan tujuan yang telah ditetapkan. Sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Rojaul Huda yang telah ada seiring dengan perkembangannya adalah sebagai berikut :
1.    Bangunan Tempat Ibadah
            Sarana tempat ibadah yang ada di Pondok Pesantren Rojaul Huda berupa mesjid. Mesjid Pondok Pesantren Rojaul Huda dibangun pada tahun 1986 M. untuk menggantikan mushala atau langgar yang sudah tidak representatif lagi untuk menunjang peribadahan dan pembelajaran al-Qur’an serta pengajian di lingkungan pondok pesantren.
            Pembangunan mesjid jami’ Pondok Pesantren Rojaul Huda juga sebagai mesjid kampung, melibatkan seluruh masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Rojaul Huda dalam penggunaannya tidak semata untuk keperluan santri tetapi juga untuk kegiatan keagamaan masyarkat khususnya warga penduduk kampung Kp. Pasir Handap, Desa Pagerwangi, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat. (Lintasan Sejarah Pesantren Rojaul Huda, tt : 18)
2.    Bangunan Asrama Santri
            Seiring bertambahnya santri mukim di Pondok Pesantren Rojaul Huda pembangunan asrama santri menjadi sebuah kebutuhan. Pada tahun 1998 dibangunlah asrama santri putra berlantai tingkat 2, dengan kapasitas tampung sebanyak 200 santri. Lantai tingkat pertama dengan kobong dan juga kantor, sedangkan lantai paling atas dijadikan satu ruangan sebagai sarana untuk mengaji (aula).
            Sedangkan pembangunan sarana asrama puteri dibangun pada tahun1999 asrama Puteri dibangun di samping rumah pimpinan Pondok Pesantren. Dibangun dengan kapasitas tampung sebanyak 150 orang santri. Di dalam bangunan asrama puteri juga terdiri satu buah tempat sebagai kantor.
3.    Bangunan Sanitasi
            Salah satu bangunan yang juga sangat penting di Pondok Pesantren adalah sarana sanitasi. Pondok Pesantren Rojaul Huda menyadari sepenuhnya hal itu sehingga berusaha memenuhi kebutuhan akan sarana sanitasi tersebut. Saat ini telah ada 4 lokal sarana sanitasi dengan total kamar mandi dan WC sebanyak 9 unit.
4.      Sarana Olah Raga
Pondok Pesantren Rojaul Huda terus meningkatkan sarana dan prasarana diantaranya juga sarana olahraga yang cukup lengkap, berbagai jenis bola, lapangan basket ball, lapangan volly ball, tenis meja, badminton dan lain-lain
5.    Sarana Lainnya
            Selain beberapa asrama yang ada tersebut di atas, di Pondok Pesantren Rojaul Huda terdapat satu sarana yang tidak kalah penting yaitu dapur. Meski seolah tidak ada kaitan langsung dengan proses pembelajaran, namun dengan adanya dapur yang dikelola oleh santri maka akan terjamin ketersediaan makanan untuk para santri sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Selain itu, khusus bagi santri puteri kegiatan di dapur dapat digunakan untuk berlatih kelak ketika sudah berumah tangga.
7.  Kegaiatan Pembelajaran
            Pengajian Tafsir Al-Qur’an di Pondok Pesantren Rojaul Huda pertama kali dilaksanakan pada tahun 1986 menempati langgar dengan ukuran 6 x 8 meter. Pada awalnya jamaah adalah satri-satri Pondok Pesantren Rojaul Huda ditambah beberapa santri kalong (tidak mukim) dan bapak-bapak di sekitar pondok pesantren. (Wawancara dengan Ust. Endang Munawar, M.Pd., tanggal 17 Maret  2013).
            Pengajian ini sejak awal tidak diperuntukkan untuk santri saja, namun juga bagi masyarakat umum. Hal ini sesuai dengan latar belakang pengajian ini diadakan karena Ust. Tamman Syahmuttama memandang bahwa pada saat itu umat Islam masih awam terhadap agamanya dikarenakan masih awamnya terhadap al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran Islam.
            Dengan demikian, tujuan pengajian ini adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat Islam tentang makna kadungan al-Qur’an sebagai pedoman hidup utama bagi mereka.
            Setelah berjalan bebrapa waktu, jemaah pengajian semakin bertambah terutama dari santri-santri yang tidak mukim. Setelah pengajian berlangsung 2 tahun dan langgar yang ditempati menjadi kurang representatif karena jumlah jamaah pengajian semakin bertambah, maka dibangun mesjid di sebelah utara langgar. Setelah mesjid jadi pada tahun 1988, maka pengajian tafsir beralih menggunakan mesjid. Hal ini berjalan sampai saat ini.
            Pengajian Tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda dilaksanakan pada hari Ahad pagi mulai pukul 05.00 – 07.30 WIB. Kecuali ada keperluan atau ada acara (udzur) dari Ust. Endang Munawar, M.Pd. selaku pengasuh pengajian yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan, maka pengajian tetap dilaksanakan. Untuk menjaga keberlangsungan pengajian Ahad pagi ini, apabila pengasuh ada acara yang tidak bisa ditinggalkan, maka diusahakan ada badal atau pengganti yang mengisi pengajian tersebut.
            Pada kurun waktu akhir 90-an dan awal 2000-an, setiap masuk pada Bulan Ramadhan, pengajian menjadi seminggu dua kali yakni setiap hari Ahad Pagi dan Rabu Pagi. Selain itu pada bulan Ramadhan, setiap 10 hari akhir bulan ramadhan dilakukan pengajian tafsir, yang dimulai pukul 10.00 malam sampai 03.00 pagi menjelang sahur. (Wawancara dengan Ust. Endang Munawar, M.Pd., tanggal 17 Maret 2013).
B.   Pelaksanaan Metode Pembelajaran Tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda
            Salah satu kunci sukses sebuah pembelajaran yang dilakukan adalah penggunaan metode yang tepat sehingga transformasi ilmu dan nilai dari pendidik kepada peserta didik dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula yang dilakukan di Pondok Pesantren Rojaul Huda, dalam pengajian Kitab Tafsri al-Qur’an, pengasuh menggunakan beberapa macam metode pembelajaran yaitu :
1.  Metode Sorogan
            Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kiai atau pembantunya (badal. Asisten kiai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang seorang santri berhadapan langsung dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. ( http://blog.uin-malang.ac.id/faridafrinurmansyah/2011/04/15/pola-pendidikan-pesantren/).
Sorogan adalah metode pengajaran dimana ditekankan murid harus lebih aktif, yaitu murid menghadap kepada guru ’satu persatu’ dengan membaca kitab / buku yang telah ditentukan. Bila ada bacaan yang salah atau pemaknaan dan pemahaman yang salah guru membetulkannya. Sehingga bisa dipastikan seorang murid akan sangat paham betul akan materi yang dia pelajari. Metode ini juga dapat membantu siswa yang mempunyai kompetensi di bawah standar agar mendapat tingkat pemahaman yang lebih baik dengan melakukan pengulangan materi (remedi). Sebaliknya, siswa yang mempunyai standar kompetensi lebih tinggi akan melaju lebih cepat dari siswa dengan tingkat kompetensi di bawahnya. (http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/12/sorogan/)
Pola ini hampir mirip dengan seorang mahasiswa s2 atau pun s3 yang sedang menyelesaikan tesis ataupun disertasinya, dimana dia harus menguasai dengan baik materi yang diajukan sebagai bahan penelitian dan bahkan harus pula mampu mempertahankan argumentasi-argumentasi nya.
Begitu juga pengajian tafsir yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Rojaul Huda salah satunya menggunakan metode sorogan tersebut. Tahap pertama dalam pengajian Tafsir dengan menggunakan metode sorogan ini, adalah pengasuh menerjemahkan satu persatu ayat al-Qur’an. Biasanya kitab tafsir yang menjadi rujukan pengasuh adalah Kitab Tafsir Jalalain, namun didukung juga oleh kitab-kitab tafsir yang lain untuk memperdalam arti dan makna dari ayat yang sedang diterjemahkan.
Setelah proses penerjemahan selesai, baru kemudian santri atau jamaah mengulang beberapa kali. Setelah itu, satu persatu dari santri atau jamaah mengajukan hasil bacaannya kepada pengasuh, sementara santri yang lain memperhatikan sambil menunggu pemanggilan berikutnya oleh pengasuh.
Dengan menggunakan metode sorogan ini, santri atau para jemaah dituntut untuk lebih aktif. Karena santri mesti berhadapan langsung dengan pengasuh dengan membacakan hasil dari penerangan yang sudah disampaikan oleh pengasuh. Dengan demikian, santri yang aktif mengikuti pengajian tafsir akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan akan mendapatkan materi tambahan (pengayaan), sementara siswa yang tidak aktif tidak akan mendapatkan pemahaman yang optimal, sehingga dia harus melakukan pengulangan materi (remedi). (wawancara dengan Ust. Endang Munawar, M.Pd., tanggal 17 Maret 2013).
Pembelajaran dengan sistem sorogan di Pondok Pesantren Rojaul Huda ini diselenggarakan pada ruatan tertentu. Ada tempat duduk Kyai dan Ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap santri-santri yang lain, baik mengaji kitab yang sama ataupun berbeda, duduk agak jauh sambil mendengar apa yang diajarkan oleh Kiyai atau Ustadz sekaligus mempersiapkan diri dipanggil.
Santri berkumpul di tempat pengajian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan masing-masing membawa kitab yang hendak dikaji. Seorang santri yang mendapat giliran menghadap langsung secara tatap muka kepada Kiyai, kemudian dia membuka bagian yang akan dikaji dan meletakkannya di atas meja yang telah tersedia di hadapan Kiyai. Kiyai atau Ustadz membacakan teks dalam kitab itu dan kemudian memberikan artinya dengan menggunakan bahasa Sunda atau terkadang bahasa Jawa. Panjang atau pendeknya bacaan yang dibaca sangat bervariasi tergantung kemampuan santri. Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan Kiyai atau Ustadz dan membacakannya dengan kitab yang di bawahnya. Selain mendengarkan, santri melakukan pencatatan atas bunyi huruf teks Arab dengan melakukan pemberian harokat (syakal) terhadap kata-kata Arab yang ada dalam kitabnya. Pensyakalan itu sering juga disebut “pendhabitan” (pemastian harokat), meliputi semua huruf yang ada dengan bahasa Sunda atau bahasa Jawa di bawah setiap kata Arab.
Setelah itu, santri kemudian menirukan kembali apa yang dibacakan Kiyai sebagaimana yang telah diucapkan Kiyai sebelumnya. Kegiatan ini biasanya ditugaskan Kiyai untuk diulang pada pengajian berikutnya sebelum dipindahkan pada pelajaran selanjutnya. (Depag RI, 2004 : 21-23).
2.  Metode Bandongan
Dalam sistem pendidikan pesantren, metode bandongan sudah dikenal sebagai salah satu metode yang efektif apabila santri yang mengaji jumlahnya cukup banyak.
Pada proses pembelajaran dengan metode bandongan ini, pengasuh membaca dan memberikan makna pada ayat kata demi kata dan para santri menyimak kitabnya masing-masing. Dalam pembelajaran tafsir ini, penggunaan metode bandongan lebih menekankan pada aspek pemahaman makna bacaan sehingga kalaupun ada keterangan atau penjelasan hanya secukupnya saja. Berbeda dengan metode ceramah yang lebih menekankan pada penjelasan yang lebih luas sehingga keterangan yang diberikan bisa lebih detail.
Metode bandongan ini masih cukup efektif dilaksanakan dalam proses pembelajaran tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, namun masih kurang maksimal karena masih sedikit santri atau jamaah yang membawa kitab pegangan sebagaimana yang dibawa oleh pengasuh.
Pelaksanaan metode bandongan di Pondok Pesantren Rojaul Huda ini diawali dengan bacaan do’a yang dipimpin langsung oleh pengasuh. Selanjutnya, pengasuh menerjemahkan satu persatu ayat dari al-Qur’an sebagaimana halnya permulaan dalam metode sorogan. Namun dalam metode bandongan ini, setelah diartikan ayat tersebut,  pengasuh menjelaskan secara komprehenshif makna yang terkandung di dalam ayat tersebut.
Sementara pengasuh menjelaskan makna dari sebuah ayat, santri dan jamaah memperhatikan dengan penuh seksama. Bahkan tidak sedikit dari santri atau jamaah yang menuliskan penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh pengasuh dalam buku catatannya masing-masing.
Metode bandongan dilakukan oleh seorang Kiyai atau Ustadz terhadap sekelompok santri yang mendengarkan atau menyimak apa yang telah dibacakan oleh Kiyai dari sebuah kitab. Kiyai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sekaligus mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harokat (gundul). Santri dengan memegang kitab yang sama masing-masing melakukan pendhabitan harokat kata langsung di bawah kata yang dimaksud agar dapat membantu memahami isi teks. Posisi santri pada pembelajaran metode ini adalah melingkar dan mengelilingi Kiyai atau Ustadz sehingga membentuk halaqoh (lingkaran). Dalam penerjemahan, Kiyai atau Ustadz dapat menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para santrinya yakni bahasa Sunda.
Untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran di atas, seorang Kiyai/Ustadz biasa melakukannya melalui dua macam teks. Pertama, pada posisi setiap tatap muka tertentu, kedua pada saat setelah dikhatamkan pengajian terhadap suatu kitab tertentu.
Seorang Ustadz menilai berbagai aspek yang ada pada santri, baik aspek pengetahuan terhadap penguasaan materi kitab itu, ataupun praktek tertentu yang diajarkan dalam kitab tertentu. Untuk lebih mudah mengadakan kegiatan penilaian, biasanya Kiyai atau Ustadz memiliki juga catatan khusus atau perhatian khusus sehingga pada santri belajar sungguh-sungguh karena merasa diawasi dan dimonitor perkembangan kemampuannya. (Depag RI, 2004 : 23-24).
3.  Metode Mudzakarah
Metode yang juga diterapkan oleh pengasuh pengajian tafsir al-Qur’an di Pondok Pesantren Rojaul Huda adalah metode mudzakarah atau Bahtsul Masa’il yakni mengulang materi yang sudah disampaikan. Penerapan metode ini juga terkait dengan metode ceramah, dalam arti merupakan variasi atau bahkan seolah-olah menjadi bagian dari metode ceramah.
Penggunaan istilah Metode Mudzakaraoh atau Bahtsul Masa’il pada awalnya biasanya dipergunakan dalam pertemuan ilmiah untuk membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah, dan permasalahan-permasalahan agama lainnya. Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode musyawarah. Bedanya, sebagai sebuah metodologi, mudzakarah pada umumnya hanya diikuti oleh para kyai atau para santri tingkat tinggi. (Amien Haedari, 2005:21).
Dalam  pembelajaran tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, metode mudzakarah digunakan untuk mengulang materi yang sudah disampaikan pada pembelajaran yang lalu meski secara singkat diambil pokok pelajaran pokoknya saja. Selain itu juga digunakan saat sedang menjelaskan materi yang baru dan dirasa santri atau jamaah masih belum bisa memahami materi tersebut.
Terkadang dalam penggunaan metode ini, pengasuh juga memberikan variasi dengan menggunakan metode bil amsi (analogi). Jadi, apabila diulang sekali satri atau jemaah juga masih belum faham, pengasuh biasanya menggunakan analog dalam pengulangan yang berikutnya.
Dengan demikian, materi yang disampaikan menjadi lebih mudah difahami dan santri maupun jamaah betul-betul faham dengan materi tersebut.
4.  Metode Ceramah
Metode ceramah ini lebih dominan digunakan oleh pengasuh pada prosen pembelajaran tafsir. Metode ini digunakan terutama ketika pengasuh memberikan keterangan atau penjelasan mengenai tafsir ayat al-Qur’an. Dengan menggunakan metode ceramah pengasuh dapat menyampaikan materi pelajaran dengan leluasa dan menyentuh hal-hal yang lebih mendetail.
Metode ceramah merupakan metode klasik namun tetap efektif unuk dilaksanakan karena kondisi jamaah atau santri yang lumayan banyak. Meski sifatnya satu arah dari pengasuh kepada santri, namun pada prakteknya terkesan tidak membosankan karena pengasuh mampu menjaga perhatian santri agar tertuju pada apa yang beliau sampaikan.
Strategi pengasuh dalam menjaga perhatian santri adalah dengan selalu memberikan penekanan-penekanan pada penjelasan penting dan kalau perlu penjelasan tersebut diulang beberapa kali dengan intonasi yang tepat. Selain itu beliau juga sering memasukkan cerita-cerita yang segar dengan tetap mengaitkannya dengan materi yang sedang dibahas sehingga satri yang tidanya merasa agak bosan bisa kembali segar dalam menerima penjelasan. Dengan strategi itu, pembelajaran dengan metode ceramah menjadi lebih hidup dan tidak membosankan.
C.   Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Metode Pembelajaran Tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda
1.  Faktor Pendukung
Dalam setiap proses pembelajaran, selalu ada faktor pendukung dan penghambatnya. Antara proses pembelajaran yang satu dengan yang lain, di satu tempat dengan tempat yang lain, permasalahan yang dihadapi berbeda-beda. Kondisi inilah yang menyebabkan perlu adanya kajian yang mendalam untuk mencari jawaban atas persoalan-persoalan tersebut sehingga dapat menemukan solusinya.
Proses pembelajaran tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda, khususnya dalam hal penerapan metode pembelajarannya, tentu juga tidak bisa terlepas dari faktor-faktor yang menjadi pendukung maupun penghambatnya. Diantara faktor pendukungnya adalah sebagai berikut :
a.  Kharisma Kiyai/Ustadz
Salah satu santri pengajian tafsir al-Qur’an di Pondok Pesantren Rojaul Huda yakni Muhammad Rizki Sulaiman mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menjadikan pengajian tafsir tetap diminati oleh santri ataupun jamaah adalah karena kharisma yang dimiliki oleh figur pengasuhnya.
Kharisma yang melekat pada figur pengasuh tersebut, menyebabkan timbulnya keyakinan yang begitu besar pada diri santri atau jamaah akan kemampuan yang dimiliki pengasuh, khususnya penguasaan materi kajian tafsir al-Qur’an.
Pada gilirannya, kepercayaan yang begitu besar pada pengasuh ini, menyebabkan pengasuh menjadi lebih mudah dalam menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an dengan berbagai metode selama proses pembelajaran tafsir.
b.  Kemampuan Kiyai dalam pengolahan kata (retorika)
Kemampuan pengasuh dalam pengolahan kata (retorika) juga sangat membantu terlaksanakan proses pembelajaran tafsir al-Qur’an dengan baik. Apalagi dalam penerapan metode ceramah tentunya kecakapan yang dimiliki pengasuh ini menjadi poin yang sangat penting. Menurut pengasuh, kemampuan dalam hal olah kata itu berasal dari pengalaman beliau yang lebih dari 30 tahun menjadi muballigh yang setiap saat menyampaikan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat. Dengan sering berbicara di hadapan berbagai macam lapisan masyarakat, pengasuh menjadi faham dengan berbagai karakter orang serta bagaimana menyikapinya.
Pengalaman ini pula yang penasuh terapkan dalam proses pembelajaran tafsir Al-Qur’an di Pondok Pesantren Rojaul Huda. Kemampuan yang dimiliki pengasuh dalam melihat dan mengenali karakter dan latar belakang santri atau jamaah ini memudahkan pengasuh dalam memilih metode dan bahasa yang tepat dalam proses pembelajaran tafsir.
c.  Faktor pendukung teknis lainnya
Faktor pendukung yang lebih bersifat teknis adalah dengan penggunaan pengeras suara selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan pengeras suara santri atau jamaah dapat mendengar berbagai keterangan yang disampaikan oleh pengasuh dengan jelas.  Dengan demikian, proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efetif dan efisien karena pengasuh tidak perlu menggunakan volume suara yang keras, tetapi secukupnya saja.
2.  Faktor Penghambat
Sedangkan faktor penghambat dalam penerapan metode pembelajaran tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda adalah :
a.  Tingkat heterogenitas santri
Tingkat heterogenitas santri, baik dari sisi usia, latar belakang pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain akan menimbulkan adanya kesenjangan yang cukup besar di antara satu santri atau jamaah dengan santri atau jamaah yang lain.
Kondisi yang demikian, megharuskan pengasuh untuk dapat membuat perlakuan yang tidak sama antara santri atau jamaah yang satu dengan yang lain agar pembelajaran tetap efektif dan materi dapat tersampaikan dengan baik ke semua santri atau jamaah. Hal ini penting mengingat daya fikir dan daya serap santri dan jamaah terhadap materi yang disampaikan tidak sama.
b.  Sedikitnya kitab reverensi yang dimiliki santri
Selain tingkat heterogenitas santri, masih sedikitnya santri atau jamaah yang membawa kitab atau buku catatan sebagai sarana atau media pembelajaran menjadi faktor penghambat proses pembelajaran Tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda. Untuk beberapa metode (seperti metode bandongan dan ceramah) media seperti kitab dan buku catatan menjadi sangat penting sehingga apabila tidak membawa, metode tersebut menjadi kurang maksimal pencapaiannya.
Meskipun sistem pembelajaran yang diterapkan lebih cenderung pada majelis ta’lim dan bukan sistem klasikal, namun pada proses pembelajarannya tidak terlalu berbeda diantara keduanya. Terutama dalam hal penggunaan media atau sarana pembelajaran baik oleh pengasuh / pendidik maupun santri atau peserta didik.
c.  Rendahnya keberanian santri untuk bertanya
selain faktor di atas, faktor lain yang menjadi penghambat pengajian tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda adalah keberanian santri dalam bertanya dan  merespon materi yang disampaikan oleh pengasuh masih rendah, sehingga pada saat sesi tanya jawab cenderung hanya santri-santri tertentu yang mengajukan pertanyaan. Hal ini terjadi karena masih banyaknya santri atau jamaah yang awam sehingga untuk mengekuarkan uneg-unegnya atau keinginan hatinya secara lisan merasa tidak berani.
Menyikapi hal tersebut di atas, pengasuh sering memberikan motivasi dengan mengatakan bahwa santri atau jamaah yang mengajukan pertanyaan secara tidak langsung telah memberikan ilmu atau pemahaman kepada santri atau jamaah yang lain karena jawaban yang diberikan tidak saja untuk dirinya tetapi untuk santri atau jamaah yang lain. Dengan demikian, dia turut andil dalam memintarkan jamaah yang lain dan apabila dilihat dari sisi perolehan pahala tentunya dia akan mendapatkan pahala yang lebih dibanding yang lain. Meski sudah diberikan motivasi, namun santri atau jamaah belum menunjukkan keberanian dalam mengemukakan pertanyaan.
D.   Hasil yang dicapai dalam Pembelajaran Kitab Tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda
            Keberhasilan adalah buah dari perjuangan. Pepatah mengatakan “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”. Nampaknya peparah ini perlu dipegang oleh setiap orang yang berjuang.
            Sejak tahun berdirinya, Pondok Pesanren Rojaul Huda berjuang dan terus berjuang dalam rangka membina umat manusia melalui pelaksanaan metode pembelajarannya (sorogan, bandonga, mudzakarah dan ceramah) yang dipandu oleh seorang kiyai atau pengasuh yang berpengetahuan luas khususnya tentang agama Islam yang dibarengi segudang pengalaman kepesantrenan yang dimilikinya. Banyak hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan metode pembelajaran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Rojaul Huda terhadap santri yang menjadi objek pokok pendidikan dan pengajarannya, juga pembinaan terhadap masyarakat sekitarnya, yang semula kurang memahami bahkan tidak tahu akan ajaran-ajaran Islam, maka setelah mengikuti pembinaan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Rojaul Huda melalui pengajian-pengajian tafsir khususnya dengan metode-metodenya yang khas dapat menambah wawasan dan dapat memahami akan ajaran-ajaran Islam.
            Inilah hasil-hasil yang lebih penting yang harus dimiliki oleh setiap santri khususnya, dan umumnya masyarkaat di sekitar Pondok Pesantren umumnya agar kelak santri-santri yang menimba ilmu di pesantren ini serta masyarakat dapat meningkatkan keyakinan terhadap agama Islam, terutama keyakinan terhadap Sang Pencipta Alam Semesta ini, sehingga dapat mengantarkan mereka pada keimanan dan ketaqwaan yang kokoh dan sempurna.
            Hasil-hasil yang telah dicapai Pondok Pesantren Rojaul Huda melalui pelaksanaan metode pembelajaran terhadap santri dan masyarakat sekitarnya dapat dibedakan yaitu :
1.    Hasil-Hasil yang Diraih Dalam Pelaksaan Pengajian Kitab Tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda Terhadap Santri
            Setelah sekian lama para santri yang mendalami ilmu di Pondok Pesantren Rojaul Huda, maka mereka akan merasakan dan memetik hasilnya, baik dari segi ilmu maupun pengalamannya.
            Pondok Pesantren Rojaul Huda yang dipimpin oleh Ust. Tamman Syahmuttama, RH. dan pengasuh Pengajian Tafsir  Ust. Endang Munawar, M.Pd., banyak menghasilkan atau mengeluarkan santri-santri yang cakap, berpengetahuan luas tentang agama Islam, dan memeiliki kemampuan dalam pemahaman berbagai kitab Islam terutama Kitab Tafsir sebagaimana yang menjadi topik inti dari penelitian ini. Bahkan sepulangnya dari pesantren, setelah menamatkan beberapa kitab khususnya kitab tafsir, dengan pengijazahan serta do’a restu Kiyai, mereka mampu mengamalkan kembali ilmu yang dimiliki kepada masyarakat dimana mereka berada. Banyak dari out put Pondok Pesantren Rojaul Huda yang menjadi kiyai besar dengan memiliki pesantren, bahkan Yayasan Pendidikan Islam, diantaranya adalah :
a.    K.H. Tajuddin pimpinan Ponpes Al Abror, Kp. Kersamanah, Kab. Bandung Barat
b.    K.H. Ade Pimpinan Ponpes Nurul Iman Kp. Cibogo, Cibiuk, Bandung Barat.
c.    K.H. Dede Sulaeman, pimpinan Ponpes Riyadhul Masakin, kp. Zonatore, Lembang, Kab. Bandung Barat.
d.    K.H. Ade Hidayat, MSI, pinpinan Ponpes Al-Hidayah Rancaseel, Lembang, Kab. Bandung Barat.
e.    K.H. Asep Nanjung, pinpinan Ponpes Al-Huda, Kp. Calengka, Bandung.
2.    Hasil-Hasil yang Diraih Dalam Pelaksaan Pengajian Kitab Tafsir di Pondok Pesantren Rojaul Huda Terhadap Masyarakat
            Dari kenyataan sejarah yang terdapat di Indonesia, bahwa sebuah tempat yang semula keadaan masyarakatnya kurang baik, namun setelah berdirinya Pondok Pesantren Rojaul Huda di tengah-tengah masyarakat, tempat  tersebut lambat laun keadaan masyarakatnya berubah menuju masyarakat yang lebih baik.
            Sama halnya dengan masyarakat kampung Darun Nasya, Desa Cijolang, kec. Lembang  yang berdirinya pondok pesantren ini yang sekaligus membina umat melalui pengajian-pengajian dengan metodenya yang khas dikhususkan untuk masyraakat sekitar pondok pesantren, dan umumnya kaum muslimin, juga telah menujukkan adanya perubahan kehidupan sosial yang religius setelah mengikuti pengajian-pengajian yang diselengarakan oleh pihak pondok pesantren. Hal ini menunjukkan hasil-hasil yang nampak terasa akan adanya perubahan dan perkembangan yang lebih baik dalam hidup bermasyarakat,

            Diantara hasil positif yang dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu bahwa jika dulu masyarakat sangat minim dalam memiliki pengetahuan keagamaan, kini masyarakat menambah wawasan dengan mengikuti pengajian yag dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Rojaul Huda. Dengan demikian, Pondok Pesantren yang berada di tengah-tengah masyarakat Kp. Pasir Handap, Desa Pagerwangi, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat ini telah mewarnai kehidupan masyarakatnya dalam meningkatkan ibadah dan segi-segi kehidupan yang lain.

0 comments:

Copyright © 2013. BloggerSpice.com - All Rights Reserved
Customized by: MohammadFazle Rabbi | Powered by: BS
Designed by: Endang Munawar