KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN ISLAM TURKI UTSMANI, SAFAWI PERSIA DAN MUGHAL DI INDIA
Nama kel :Rizki Ramadani
Rizqy
Ramdhani
Prodi :Pengembangan Masyarakat Islam
Mata kuliah :Sejarah Peradaban Islam
KEMUNDURAN
TIGA KERAJAAN ISLAM
TURKI UTSMANI, SAFAWI PERSIA DAN MUGHAL DI INDIA
TURKI UTSMANI, SAFAWI PERSIA DAN MUGHAL DI INDIA
A. Sejarah
Singkat Kerajaan (Safawi , Mughal dan Usmani)
1. Kerajaan
Safawi di Persia
Kerajaan
safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, di dirikan pda waktu
yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan usmani. Nama Safawiyah diambil
dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama safawi itu rerus
dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu
dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.
Safi
Al-Din berasal dari keturunan orang yang berbeda dan memilih sufi sebaga jalan
hidupnya. Ia keturunan dari iman syi’ah yang ke enam. Musa Al-Kazim. Gurunya
bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan
julukan Zahid Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din
mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus
meertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut torekat ini sangat teguh memegang
ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi
oran-orang ingkar.
2. Kerajaan
Mughal di India
Kerajaan
mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di
antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda.
Kerajaan mughal bukanlah kerajaan Islam pertama anak benua India. Awal
kekuasaan islam di wilayah india terjadi pada masa kalifah Al-Walid, dari
Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah
di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Kerajaan
Mughal atau Mogul di India diasaskan oleh Babur pada
tahun 1526, apabila dia mengalahkan Ibrahim
Lodi, sultan terakhir dalam kesultanan
Delhi dalam Pertempuran
pertama Panipat. Kebanyakannya telah
ditawan oleh Sher
Shah semasa pemerintahan Humayun,
tetapi di bawah Akbar,
ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga akhir pemerintahan Aurangzeb.
Selepas kemangkatan Aurangzeb pada
tahun 1707,
kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa memerintah
di benua
India selama 150 tahun berikutnya.
Dalam tahun 1739 ia
dikalahkan oleh tentera Persia di
bawah pemerintahan Nadir
Shah. Pada tahun 1756 tentera Ahmad
Shah merompak Delhi sekali lagi.
Kekalahan terakhir ditangan Empire
British pada tahun 1857,
walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan sahaja, tanpa kuasa
pemerintahan sebenar.
3. Kerajaan
Usmani.
Pendiri
kerajaan ini adalah dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol
dan daerah utara Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke
Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan
atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan
Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari
tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka orang-orang Turki
Saljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Di sana, di bawah pimpinan Erthogrul,
mereka mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk yang kebetulan
sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin
mendapat kemenangan. Berkat jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang
tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus
membina wilayah barunya dengan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul
meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman.
Putra Ertoghrul inilah yang dianggap pendiri Kerajaan Usmani. Usman memerintah
antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya ia banyak berjasa kepada
Sultan Aliuddin II dengan keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang Kerajaan Saljuk dan sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini
kemudian terpecah-pecah dalam beberapa Kerajaan kecil. Usman pun menyatakan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah,
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang
sering disebut juga Usman I.
Setelah
Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan
dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu
kota Kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M)
Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M,
Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M)
daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali di duduki Kerajaan
Usmani.
B. KEMUNDURAN
TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
1. Kemunduran
dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal
Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut Diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza (1628-1642 M), Abas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain
(1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa
raja-raja tersebut kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang,
tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada
kehancuran.
Sebab-sebab
kemunduran Kerajaan Safawi, antara lain:
1. Para
Pemimpin yang lemah.
Safi
Mirza, cucu abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam
terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang
pernah dicapai oleh abbas I segera menurun. Kota Qondahar (sekarang termasuk
wilayah afganistan ) lepas dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh
kerajaan mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara
baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
2. Para
Pemimpin suka minum-minuman keras.
Abbas
II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan
meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota
Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang
pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya.
Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah
Husein yang alim. Pengganti sulaiman ini meberi kekuasaan yang besar kepada
para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadapa penganut aliran
Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni Afhganistan, sehingga
mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.
3. adanya
dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpin. Hal ini juga turut mempercepat
proses kehancuran kerajaan Safawi.
4. konflik
yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang beraliran Syi’ah. karena
pasukan ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki
semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
5. adanya
konflik internal kerajaan, dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan
keluarga istana.
2. Kemunduran
dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah
satu setengah abad dinasti mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh
sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran. Kekuatan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat
jpusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu semakin lama semakin
mengancam. Sememntara itu pedagang inggris untuk pertamakalinya diizinkan oleh
Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekutan
bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada
masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul tapi
dapat diatasi. Pemberontakan ini bermula dari tindakan aurangzeb yang dengan
keras menerapkan pemikiran Puritanisme-nya. Setelah ia wafat, penerusnya
rata-rata ia lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Ada
beberapa faktor juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu
setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858M, yaitu :
1. Kemerosotan
moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
2. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga
konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
3. Semua
pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan
4. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di
wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal.
3. Kemunduran
Kerajaan Usmani
Setelah
Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat ( 1566 M) kerajaan turki usmani mulai
mengalami fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat
besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman
Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). Dimasa pemerintahannya terjadi
pertempuran antara armada laut kerajaan usmani dengan armada laut Bundukia ,
angkatan sri paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan
dari sepanyol. Pertempuran ini, Turki usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan
Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan
Murad III pada tahun 1575 M tunisia dapat direbut kembali.
Banyak
faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani itu mengalami kemundruan, diantaran
adalah :
1. Wilayah
kekuasaan yang sangat luas. Administrasi pemerintahan yang sangat luas
wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi kerajaan Usmani
tidak beres.
2. Heterogenitas
penduduk. Dengan luasnya wilayah secara otomatis terdapat perbedaan bangsa dan
agama dari berbagai wilayah. Oleh karena itu, perbedaan bangsa dan agama sering
kali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
3. Kelemahan
para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Usmani dipimpin oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinannya,
akibatnya pemerintah menjadi kacau dan tidak kondusif.
4. Budaya
pungli atau kalau penulis boleh katakan dengan istilah “korupsi sudah
membudaya”. Setiap jabatan yang hendak diraih seseorang, maka harus “dibayar”
dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
5. Pemberontakan
tentara Jenissari. Jernissari adalah tentara kerajaan Usmani yang bertugas
dalam ekspansi militer dalam memperluas wilayahnya. Akan tetapi, tentara Jenissari
sendiri melakukan pemberontakan. Bahkan pemberontakan dilakukan sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826.
6. Merosotnya
ekonomi. Hal ini dikarenakan perang yang tak pernah berhenti, sehingga anggaran
digunakan untuk kepentingan perang, sedangkan pendapatan berkurang dan belanja
negara banyak.
7. Terjadinya
stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi. Hal ini dikarenakan kerajaan Usmani
kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, dan hanya mementingkan pengembangan
kekuatan militer.
Demikian
beberapa faktor kemunduran atau kehancuran kerajaan Usmani, yang pada waktu
bersamaan pula, menjadi awal dari kekuatan-kekuatan Eropa untuk menduduki
wilayah-wilayah yang pernah diduduki oleh kerajaan Usmani.
4. Kemajuan
Eropa (Barat)
Bersama
waktunya dengan kemunduran tiga kerajaan Islam di periode
pertengahan sejarah Islam, Eropa Barat (biasa disebut dengan ”Barat”
saja). Sedangkan mengalami kemajuan dengan pusat. Hal ini berbanding terbalik
dengan masa klasik sejarah Islam. Ketika itu, perabadan Islam dapat dikatakan
paling maju, memamncarkan sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa sedang
berada dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Kemajuan
Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode
berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran masuknya peradaban Islam ke
Eropa itu adalah perang Salib, Sacilia, dan yang penting adalah Spanyol Islam.
Ketika islam mengalami kejayaan di Spanyol, banyak orang eropa yang belajar ke
sana kemudian menerjemahkan karya – karya ilmiah umat islam. Hal ini dimulai
sejak abad ke-12 M. Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka
mendirikan universitas dengan meniru pola islam dan mengejarkan ilmu yang
dipelajari di universitas-universitas islam itu. Dalam perkembangan selanjutnya
keadaan ini melahirkan renaissance, repormasi, dan rasionalisme di
Eropa.
Gerakan-gerakan
renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke -16
dan 17 merupakan abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad
ke-17 itu pula, dunia islam mulai mengalami kemunduran. Dengan lahirnya
renaisans, eropa bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa
kebodohan dan kegelapan.
Dengan
organisasi dan persenjatan moderen pasukan perang Eropa mampu melancarkan
pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam, seperti ketika kerajaan
usmani berhadapan dengan kekuatan-kekuatan eropa dan kerajaan mughal berhadapan
dengan inggris. Daerah-daerah kekuasaan islam lainnya mulai berjatuhan ketangan
eropa, seperti asia tenggara, bahkan mesir, salah satu pusat peradaban islam
terpenting diduduki Napoleon Bonaparte dari Prancis pada tahun 1798 M.
Benturan-benturan
antara kerajaan Islam dengan kekuatan eropa itu menyadarkan umat islam bahwa
mereka memang sudah jauh tertinggal dari Eropa. Kesadaran itulah yang
menyebabkan umat islam terpaksa harus banyak belajar dari Eropa. Perimbangan
kekuatan umat islam dan eropa berubah dengan cepat. Di antara kemajuan Eropa
dan kemunduran islam terbentang jurang yang sangat lebar dan dalam. Dalam
perkembangan berikutnya, daerah-daerah Islam hampir seluruhnya berada di bawah
kekuasaan bangsa Eropa.
KESIMPULAN
Dari
uraian singkat tentang kemunduran tiga kerajaan besar islam (Usmani, Mughal dan
Syafawi) di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut
merupakan kerajaan islam terbesar, karena dalam waktu kurun yang panjang
setelah Bani Abbas mengalami keruntuhan dengan ditandainya jatuhnya kota
Baghdad ke tangan bangsa Nongol pada tahun 1258 M, setelah itu umat islam
mengalami kemunduran. Umat islam bangkit kembali dengan adanya kerajaan Usmani
yang mendiami daerah Nongol dan daerah utara Cina, kemudaian kerajaan Safawi di
Persia dan kerajaan Mughal di India.
Akan
tetapi, dalam perjalanannya ketiga kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal
yang paling urgen penyebab kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain
adalah :
a. Adanya
dekadensi moral yang melanda para pemimpin
b. Semua
pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan
c. Adanya
tradisi korupsi
d. Perebutan
kekuasaan
e. Dan
terjadinya stagnasi militer.
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan kami sadar
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap saran
dan kritik dari pembaca budiman, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1995
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers
Mubarok,
Dr. H. Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy,
2004
0 comments: