MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KONTEMPORER
Ikhtisar Sajian
1. Ada baiknya kalau pembicaraan ini kita mulai dengan menyamakan pemahaman
terhadap beberapa istilah yang erat kaitannya dengan judul kuliah ini, yaitu
pengertian Pendekatan, Metode, Strategi, Teknik, dan Model. Apa pengertian masing-masing dan apa hubungan satu dengan lainnya. Ada
banyak sudut pandang dalam memaknai kelima istilah tersebut yang berujung pada kerancuan
dalam pemakaiannya dan perbedaan dalam menentukan hubungan hierarkis antara
satu dengan lainnya. Salah satu penyebab timbulnya kerancuan adalah karena
istilah-istilah tersebut digunakan dalam dua bidang kajian yang berbeda, yaitu
kajian pembelajaran yang bersifat umum dan kajian pembelajaran bahasa yang bersifat
khusus. Ketika penggunaanya dicampuradukkan terjadilah kerancuan.
2. Dalam metodologi pengajaran bahasa,
lazim dikenal tiga istilah yaitu pendekatan, metode dan teknik (Anthony, 1963).
Pendekatan adalah landasan teoritis berupa asumsi-asumsi berkenaan dengan
hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa. Metode adalah prosedur penyajian bahasa
secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah
implementasi metode dalam bentuk kegiatan spesifik dan operasional selaras
dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Hubungan ketiganya bersifat
hierarkis.
3. Pada dua dekade terakhir ini, rancangan
(silabus) menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran bahasa. Di dalam rancangan
tercakup tujuan, metode, materi, dan evaluasi. Dengan demikian tercermin
keterpaduan empat usur tersebut dan kesesuaiannya dengan model silabusnya.
Dengan demikian hierarki teori dan implementasi pembelajaran berubah menjadi:
Pendekatan, Rancangan, dan prosedure atau teknik. Di dalam model yang
dikemukakan oleh Richards dan Rodgers (dalam Brown, 2001) ini, penyebutan
pendekatan, metode dan strategi tidak ditekankan pada nama melainkan pada
substansi. Sebagai contoh, untuk pendekatan Struktural disebut pendekatan yang
menekankan pada struktur bahasa, sedangkan pendekatan komunikatif disebut
pendekatan yang menekankan pada unsur-unsur kecakapan berbahasa. Untuk metode,
tidak disebutkan nama-nama metode seperti gramatika, langsung, audiolingual dan
sebagainya tapi disebutkan secara kongkrit jenis aktivitas belajar-mengajar
yang digunakan dan jenis materinya. Sedangkan untuk strategi disebutkan peran
siswa, guru, materi pelajaran dan sebagainya.
4. Adapun istilah strategi pembelajaran
dan model pembelajaran mulai merambah dunia pendidikan di Indonesia sejak
diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian berganti nama
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada awal 2000-an. Kedua
istilah ini pun tidak lepas dari kerancuan dan tumpang tindih dalam pemakaiannya.
Tidak jarang istilah model pembelajaran diidentikkan dengan strategi
pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah karena istilah strategi pada
dasarnya berasal dari bidang kajian pembelajaran secara umum, sedangkan
pembelajaran bahasa merupakan bidang kajian khusus yang telah memiliki
idiom-idiomnya sendiri. Oleh karena itu istilah strategi ketika digunakan di
dalam pembelajaran bahasa, bisa berubah maknanya, meluas atau menyempit.
5. Kedua istilah tersebut – menurut hemat
penyaji – dapat dibedakan sebagai berikut. Strategi Pembelajaran adalah
rancangan kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh pengajar dan
pembelajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, strategi masih bersifat konseptual. Oleh karena itu penyaji
cenderung memasukkan strategi dalam komponen Rancangan dalam hierarki
metodologi pembelajaran bahasa (butir 3). Di dalam pembelajaran umum masa kini (kontemporer), terdapat beberapa
strategi, yang seringkali juga disebut sebagai model pembelajaran, antara lain:
model pembelajaran (mp) kontekstual, mp quantum, mp koperatif, mp berbasis
masalah, mp aktif inovatif kreatif efektif menyenangkan (paikem), mp role
playing, mp participative teaching-learning, mp mastery learning, mp dengan
sistem modul, mp berbasis komputer.
6. Sedangkan Model Pembelajaran merupakan
bingkai yang mewadai penerapan
pendekatan, rancangan (yang mencakup tujuan, model silabus, materi, metode, strategi)
dan teknik. Model Pembelajaran ini diwujudkan dalam RPP (Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran), dipraktekkan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran, kemudian
dideskripsikan secara verbal, atau direkam secara audio visual. Karena ”model
pembelajaran” ini mewadahi semua komponen seperti disebutkan di atas, maka
penyebutan nama model pun mestinya harus mencakup katagori-katagori yang
terdapat dalam komponen utama yaitu pendekatan, rancangan ataua metode.
7. Sebagai contoh, ada yang membuat model
pembelajaran dengan judul ”Model Pembelajaran Kooperatif Bahasa Arab”. Menurut
hemat penyaji ini tidak cukup, karena penamaan itu hanya menggambarkan model
pengelolaan kelas, sedangkan pendekatan atau metode yang digunakan tidak jelas.
Oleh karena itu perlu disebutkan pendekatan atau metodenya, misalnya ”Model
pembelajaran bahasa Arab Komunikatif-Kooperatif”. Ada artikel di sebuah blog
berjudul ”Model Pembelajaran Bahasa Arab yang Terfokus kepada Peserta Didik” yang
ditulis oleh seorang widyaswara pendidikan agama Islam. Isinya hanya berbicara
tentang teori pembelajaran yang terfokus kepada peserta didik dalam
pembelajaran secara umum, dan sama sekali tidak menyinggung bagaimana
penerapannya dalam pembelajaran bahasa apalagi hubungannya dengan pendekatan
dan metode pembelajaran bahasa.
8. Sekarang kita memasuki perbincangan
mengenai ”Model-model Pembelajaran Bahasa Arab Kontemporer”. Trend yang menjadi
arus utama pembelajaran bahasa masa kini, termasuk bahasa Arab, untuk tingkat
dasar dan menengah (level bukan sekolah), adalah untuk tujuan penguasaan
kemahiran atau keterampilan berbahasa. Ini merupakan tantangan globalisasi dan
tuntutan dunia kerja. Maka pendekatan yang relevan adalah pendekatan
komunikatif. Sedangkan metodenya adalah metode komunikatif atau metode
eklektik, yaitu dengan mamasukkan teknik tertentu dari metode langsung, metode
audiolingual atau lainnya untuk memperkuat atau menutup kelemahan metode
komunikatif. Ada baiknya juga untuk mengadopsi strategi atau model pembelajaran
umum mutakhir seperti disebutkan di muka, untuk memberikan kesan inovatif dan
tidak ketinggalan jaman. Perlu diketahui bahwa banyak prinsip dan karakteristik
yang ada pada berbagai strategi dan model tersebut tidak berbeda dengan yang
ada dalam pendekatan komunikatif. Bahkan menurut Latief (2002), pembelajaran
kontekstual (CTL) sebagai contoh, di dalam pembelajaran bahasa tidak lain dan
tidak bukan adalah pembelajaran komunikatif (CLT).
9. Ada baiknya kalau dikemukakan di sini
beberapa prinsip dam karakteristik dari pembelajaran komunikatif (PK).
(a)
Landasan teoritis PK: bahwa hakekat bahasa adalah sebagai alat komunikasi
dan interaksi sosial; setiap manusia dikaruniai alat pemerolehan bahasa (jihâz
iktisâb al-lughah/ language acquisition device)
(b)
Karakteristik PK: tujuan pengajarannya mengembangkan kompetensi komunikatif
dengan bahasa target dalam situasi kehidupan yang nyata, lisan dan tulisan; kebermaknaan
setiap bentuk bahasa yang dipelajari dan kesesuaiannya dengan konteks; dalam
kegiatan pembelajaran siswa berperan aktif sebagai komunikator, sedangkan guru
merancang berbagai pola interaksi dan berperan sebagai fasilitator; aktivitas
didalam dan diluar kepas didominasi oleh kegiatan komunikatif, bukan dril
manipulatif atau pengajaran kaidah; materi pelajaran ditekankan pada
bahan-bahan otentik; penggunaan bahasa ibu tidak dilarang tapi diminimalkan; kesilapan
siswa ditoleransi untuk mendorong keberanian berkomunikasi; evaluasi ditekankan
pada keterampilan berbahasa bukan pada penguasaan struktur atau gramatika.
(c)Silabus PK: adalah Silabus Semantik yang
terbagi menjadi tiga tipe, yaitu silabus situasional, silabus fungsional,
silabus nosional, atau penggabungan dari ketiga tipe tersebut.
10.
Beberapa contoh ”Model Pembelajaran Bahasa Arab Kontemporer” akan
dikemukakan berikut ini.
(1)
Model Pembelajaran Komunikatif-Eklektik.
Yaitu model pembelajaran komunikatif yang dilaksanakan dengan metode
eklektik. Metode eklektik dibangun atas dasar asumsi bahwa setiap metode
memiliki kekuatan dan kelemahan, dan bahwa pelaksanaan suatu metode pasti
berhadapan dengan kondisi objektif yang tidak memungkinkan pelaksanaan metode tersebut
secara utuh.
Pelaksanaan model komunikatif-eklektik ini, sebagai contoh, dengan
menerapkan tiga tipe drill, yaitu drill mekanis-manipulatif (dari metode
audiolingual) dengan drill komunikatif (dari metode komunikatif), diantarai
dengan drill semi komunikatif.
(2)
Model Pembelajaran Komunikatif-Kooperatif.
Yaitu pembelajaran komunikatif dengan mengadopsi model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif berasaskan
prinsip-prinsip: saling tergantung secara positif (possitive interdependence);
interaksi dengan saling berhadapan (face to face interaction); setiap
individu punya tanggung jawab untuk keberhasilan kelompok (individual accountability);
keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi (collaborative/social skills);
bekerja secara efektif dalam kelompok (group processing).
Ada beberapa macam pembelajaran kooperatif, antara lain: (1) Think-pair-share,
guru memberikan satu topik atau masalah, siswa diminta memikirkannya (think)
secara berpasangan (pair), setelah itu dipaparkan (share) di muka
kelas. (2) Think-pair-square, guru memberikan satu topik atau masalah,
siswa diminta memikirkannya (think) secara berpasangan (pair),
kemudian setiap pasangan mendiskusikannya dengan pasangan lain sehingga
membentuk satu segi empat (square). (3) Expert group, siswa
dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok diberi nomor, semua
anggota dengan nomor yang sama membentuk suatu group ahli (expert group).
Setiap group ahli mendalami satu topik. Setelah itu kembali ke kelompok asalnya
dan menjelaskan apa yang telah dipelajari di group ahli.
Model pembelajaran Komunikatif-kooperatif ini bisa diterapkan untuk materi
qira`ah, qawa’id, dan kitabah.
(3) Model Pembelajaran Komunikatif-Kontekstual.
Yaitu pembelajaran komunikatif dengan penekanan pada pengaitan isi mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar
pada paham progresivisme yang intinya bahwa siswa akan belajar dengan baik
apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui dan
proses belajar akan produktif jika siswa berperan aktif dalam proses belajar.
Untuk
menerapkan pembelajaran ini ada 6 kunci yang perlu diperhatikan: (1)
pembelajaran bermakna, (2) penerapan pengetahuan, (3) berpikir tingkat lebih
tinggi, (4) Pengembangan kurikulum standar, (5) responsif terhadap budaya, (6)
penilaian otentik.
Dalam pembelajaran kontekstual siswa dilatih agar di dalam proses belajar
menunjukkan perilaku: melakukan hubungan yang bermakna, melakukan kegiatan yang
signifikan, mengatur kegiatan belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis
dan kreatif, memelihara kepribadian, mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian otentik.
Di dalam pembelajaran bahasa Arab, peran guru adalah menyiapkan bahan ajar
yang kontekstual, standar dan berbasis budaya, serta menyiapkan skenario
pembelajaran yang memungkinkan siswa menunjukkan perilaku sebagaimana
disebutkan di atas.
(4) Model Pembelajaran
Komunikatif-Quantum.
Yaitu pembelajaran komunikatif yang memberikan penekanan pada progresivisme
dan konstruktivisme dalam pembelajaran. Pembelajaran quantum adalah sebuah
model pembelajaran yang berupaya ”mengorkestrasi” prose belajar-mengajar agar
pembelajar dapat belajar dengan perasaan aman, nyaman dan menyenangkan.
Ciri
penanda kelas yang konstruktivistik ialah: (1) mampu membuat siswa berani
berinteraksi, (2) kerja sama antar siswa berkembang, (3) tugas dan materi yang
dikembangkan bervariasi dan mengutamakan bahan otentik, (4) kebiasaan menang
sendiri dan benar sendiri dihindarkan, (5) terdapat ruang untuk berani berbuat
dan berani menghadaapi tantangan dengan resiko melakukan kesalahan.
Untuk
menciptakan kelas seperti itu guru harus memahami keadaan siswa termasuk
kebiasaan belajarnya dan faktor-faktor penghambat pembelajaran. Setelah itu
baru dirancang dan diciptakan lingkungan belajar yang mendukung suasana belajar
tersebut, sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran komunikatif.
Ada beberapa kondisi yang harus
diciptakan oleh guru untuk mewujudkan lingkungan belajar tersebut, antara lain
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
sebanyak mungkin dalam proses pembentukan pengetahuan. Dalam pembelajaran qira`ah
misalnya, siswa dibekali pengalaman belajar memperkaya kosa kata, mengenal
isi bacaan yang mencakup belajar mengingat dan menghafal, belajar memahami,
belajar mengaplikasikan pengetahuan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi, serta belajar mengenal pola dan struktur kalimat. Kondisi lain
yang perlu diciptakan adalah menghubungkan pelajaran dengan konteks yang
realistis dan relevan, menghubungkan materi bacaan atau percakapan dengan dunia
nyata yang dimiliki oleh siswa.
(5)
Model Pembelajaran Komunikatif Berbasis Masalah.
Yaitu pembelajaran komunikatif yang mengarahkan siswa menjadi pembelajar
mandiri yang terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah secara berkelompok.
Model pembelajaran ini mengembangkan keterampilan siswa dalam berfikir,
melakukan analisis, mencari data dan informasi, untuk mendapatkan solusi dari
suatu permasalahan, kemudian memaparkan hasilnya.
Keterampilan pemecahan masalah seperti membuat tabulasi, menyusun daftar,
menghitung persentase, membuat diagram, grafik dan sebagainya, untuk pelajaran
bahasa Arab dapat dilatihkan dalam pelajaran qira`ah. Siswa diberi teks
kemudian siswa ditugasi untuk mengungkapkan kembali isi teks dalam bentuk
diagram, grafik dan sejenisnya.
Model pembelajaran ini bisa juga diterapkan dalam pelajaran kitabah
secara berkelompok. Siswa diberi satu masalah. Dalam kelompok-kelompok kecil
siswa mendiskusikan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang telah mereka
miliki. Kemudian mereka mencari data, informasi, dan referensi yang diperlukan,
untuk didiskusikan lagi dalam kelompok. Demikian berulang-ulang sampai
menemukan jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru, dan menuliskannya
dalam bentuk laporan.
(6) Model Pembelajaran
Komunikatif Berbantuan Komputer
Di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini lahir berbagai
istilah antara lain CALL (Computer Assisted Language Learning) yaitu
pembelajaran bahasa berebantuan komputer.
Di dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif berbantuan
komputer (Communicative CALL), peran komputer adalah sebagai (a) tutor, yang
memberikan arahan kepada pembelajar bagaimana menggunakan bahasa bukan
mendeskripsikan bentuk-bentuk bahasa; (b) stimulus, dalam bentuk program yang
memberikan motivasi kepada pembelajar untuk melakukan kegiatan berbicara dan
menulis; (c) alat (tool), seperti dalam program-program yang tidak
secara langsung mengembangkan materi kebahasaan tapi memungkinkan pembelajar
untuk memahami dan menggunakan bahasa.
Banyak manfaat dari penggunaan CALL, antara lain sebagai berikut. (1) dapat
memotivasi belajar para pembelajar karena mereka merasa berada dalam satu level
dengan pembelajar bahasa asing lainnya, (2) meningkatkan secara signifikan
pemerolehan bahasa mereka, baik yang bersifat reseptif maupun produktif, (3)
mendorong pembelajar untuk meningkatkan kemampuan teknologi komputer mereka
termasuk penguasaan multi media.
Pengajar bahasa Arab bisa merancang berbagai program pemanfaatan komputer
untuk menunjang peningkatan kompetensi pembelajar dalam berkomunikasi dengan
bahasa Arab.
(7) Model Pembelajaran Komunikatif Berbantuan Handpone
Handpone merupakan alat komunikasi
yang telah meluas di tengah masyarakat apalagi di kalangan pelajar. Oleh karena
itu sangat mungkin untuk dirancang model pembelajaran bahasa Arab berbantuan
handpone. Salah satu aplikasi yang sedang trend akhir-akhir ini dan bisa
dijadikan media pembelajaran bahasa Arab adalah WhatsApp (WA). Pengajar bisa
membentuk group WA dengan para pembelajar bahasa Arab, dan merancang berbagai
kegiatan pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran di kelas. Misalnya,
pengajar bisa memberikan contoh-contoh ungkapan tahiyyat, tahani, ’ibarat, dan
sejenisnya yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar juga bisa
meminta kepada anggota group untuk membuat tulisan pendek setiap hari, baik
berupa washf, ’ardh basith, ta’liq qishshah, dan sebagainya dan pengajar
mengoreksi sekedarnya. Yang lebih ringan dan menyenangkan bisa berupa pemberian
teka-teki (alghaz) setiap hari baik berkaitan dengan kebahasaan maupun
lainnya tapi dalam bahasa Arab.
(8) Model Pembelajaran
Bahasa Berbasis Nyanyian dan Permainan
Pengajaran bahasa Arab di madrasah sudah dimulai di tingkat madrasah
ibtidaiyah. Bahkan akhir-akhir ini di Indonesia muncul semangat untuk
mengajarkan bahasa Arab sejak pendidikan usia dini. Sayangnya, banyak yang
tidak menyadari bahwa pembelajaran bahasa Arab untuk anak (al-Arabiyah lil
Athfal) adalah pembelajaran yang bersifat khusus, bukan merupakan miniatur
dari pembelajaran bahasa Arab untuk orang dewasa.
Pembelajaran bahasa untuk anak-anak haruslah selaras dengan perkembangan
kejiwaan mereka. Usia anak-anak identik dengan nyanyian dan permainan. Oleh
karena itu salah satu karakteristik pembelajaran untuk anak usia dini bahkan
sampai usia SD kecil adalah penggunaan media nyanyian dan permainan untuk
menunjang efektifitas pembelajaran. Hal ini juga berlaku untuk pembelajaran
bahasa temasuk bahasa Arab.
Bandung, 16 April 2014
* Disampaikan dalam
Kuliah umum di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung pada tanggal 16 April 2014.
** Dosen Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang, Ketua PP IMLA (1999-2012), Anggota Majlis Umana`
Markaz Al-Malik Abdullah ibn Abdul Aziz Ad-Dawli li Khidmat al-Lughah
al-Arabiyah, Riyadh Saudi Arabia (2014-2017).
0 comments: