Epistemologi Ilmu

Epistemologi Ilmu
1. Pendahuluan
Ada tigadasarilmuyaituontologi, epistemologidanaksiologi.Dasarontologiilmumencakupseluruhaspekkehidupan yang dapatdiujiolehpancainderamanusia.Jadimasihdalamjangkauanpengalamanmanusiaataubersifatempiris.Objekempirisdapatberupaobjek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuandanmanusiaitusendiri.
Ontologimerupakansalahsatuobjeklapanganpenelitiankefilsafatan yang paling kuno. Untukmemberiartitentangsuatuobjekilmuadabeberapaasumsi yang perludiperhatikanyaituasumsipertamaadalahsuatuobjekbisadikelompokkanberdasarkankesamaanbentuk, sifat (substansi), strukturataukomparasidankuantitatifasumsi.Asumsikeduaadalahkelestarianrelatifartinyailmutidakmengalamiperubahandalamperiodetertentu (dalamwaktusingkat).Asumsiketigayaitudeterminasiartinyailmumenganutpolatertentuatautidakterjadisecarakebetulan.
Epistemologiatauteoripengetahuanyaitucabangfilsafat yang berurusandenganhakikatdanruanglingkuppengetahuan, pengandaian-pengandaiandandasar-dasarnyasertapertanggungjawabanataspertanyaanmengenaipengetahuan yang dimiliki.Sebagianciri yang patutmendapatperhatiandalamepistemologiperkembanganilmupadamasa modern adalahmunculnyapandanganbarumengenaiilmupengetahuan.PandanganitumerupakankritikterhadappandanganAristoteles, yaitubahwailmupengetahuansempurnatakbolehmencariuntung, namunharusbersikapkontemplatif, digantidenganpandanganbahwailmupengetahuanjustruharusmencariuntung, artinyadipakaiuntukmemperkuatkemampuanmanusia di bumiini .
Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan umat manusia. Dasaraksiologiinimerupakansesuatu yang paling pentingbagimanusiakarenadenganilmusegalakeperluandankebutuhanmanusiamenjaditerpenuhisecaralebihcepatdanlebihmudah.Berdasarkanaksiologi, ilmuterlihatjelasbahwapermasalahan yang utamaadalahmengenainilai.Nilai yang dimaksudadalahsesuatu yang dimilikimanusiauntukmelakukanberbagaipertimbangantentangapa yang dinilai. Teoritentangnilaidalamfilsafatmengacupadapermasalahanetikadanestetika. Etikamengandungduaartiyaitukumpulanpengetahuanmengenaipenilaianterhadapperbuatanmanusiadanmerupakansuatupredikat yang dipakaiuntukmembedakanhal-hal, perbuatan-perbuatanataumanusia-manusialainnya.Sedangkanestetikaberkaitandengannilaitentangpengalamankeindahan yang dimilikiolehmanusiaterhadaplingkungandanfenomenadisekelilingnya.
Ilmu pengetahuan, adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penyelidikan atau penelitiandengan menggunakan pendekatan ilmiah, seperti meneliti mengapa api panas, apa unsur-unsur yang ada dalam api dan lain sebagainya.Sementara itu, pengetahuan filsafat, merupakan hasil proses berpikir dalam mencari hakikat sesuatu secara sistematis, menyeluruh, dan mendasar. Seperti pengetahuan tentang api, apa hakikat api, dan darimana asal api. Jadi pengetahuan filsafat mencari hakikat sesuatu sampai ke dasarnya atau sedalam-dalamnya.Inilah yang membedakan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan filsafat. Ilmu pengetahuan membatasi dirinya dengan pengalaman dan pembuktian, sedangkan pengetahuan filsafat tidak demikian, filsafat menyelidiki sesuatu sampai ke akar-akarnya.
Salah satu karakter filsafat adalah spekulatif, karakter ini dijelaskan oleh Jujun S Suriasumantri. Spekulatif adalah dasar dari ilmu pengetahuan, biasa di sebut asumsi. Hal ini jugalah yang menjadi jurang pemisah antara pengetahuan filsafat dan ilmu pengetahuan / sains. Spekulatif sebagai dasar dari ilmu pengetahuan / sains hanya bersifat sementara, yang kemudian harus dibuktikan secara empiris dengan menggunakan metode ilmu atau sains.
Kendati filsafat menjadikan spekulatif sebagai salah satu cirinya, namun bukan berarti ia berpikir hanya menebak-nebak atau menerka-nerka tanpa aturan. Akan tetapi, dalam analisis dan pembuktian filsafat akan dapat diketahui dan diterapkan mana spekulatif yang benar dan logis dan mana spekulatif yang salah dan atau tidak logis. Hal ini berarti, kebenaran berpikir filsafat hanya sepanjang kerangka filosofis dan belum tentu benar dalam kenyataan secara empiris. Sementara kebenaran hasil ilmu atau sains merupakan konsensus dari seluruh ilmuan ilmu tersebut di seluruh dunia. Hal ini disebabkan hasil kajian ilmu atau sains harus dapat dikaji ulang atau diperiksa ulang oleh yang bersangkutan atau ilmuan lainnya dengan hasil yang sama. Jika tidak ditemukan hasil yang sama, penemuan itu tidak dapat dikategorikan sebagai ilmu.

2. Pembahasan
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti ilmu. (Muhammad Muslih, 2008:28). Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi adalah cabang studi filsafat yang membahas ruang lingkup dan batas-batas pengetahuan. Dalam studi ini dicari jalan untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti misalnya : bagaimanakah sifat pengetahuan? Berapa banyak pengetahuan yang dapat diketahui manusia? Apakah pengetahuan yang dapat diketahui manusia? (Soedjono Dirdjosisworo, 1986:1)
Istilah epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistemologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (theory of knowledges), (Surajiyo, 2008:24).
Secara tradisional, yang menjadi pokok persoalan dalam epistemologi ialah sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan; bidang, batas, dan jangkauan pengetahuan; serta validitas dan realibilitas (reability) dari berbagai klaim terhadap pengetahuan. Oleh sebab itu, rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan untuk mendalami permasalahan yang dipersoalkan di dalam epistemologi adalah sebagai berikut; apakah pengetahuan itu? Apakah yang menjadi sumber dan dasar pengetahuan? Apakah pengetahuan itu berasal dari pengamatan, pengalaman, atau akal budi? Apakah pengetahuan yang pasti dan ataukah hanya merupakan dugaan? (Jan Hendrik Rapar, 1996:37).Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan, dalam bahasa inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. (Miska Muhammad Amin, 1983:1).
Epistemologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan. Tiga persoalan pokok yang dikaji dalam epistemologi adalah:
1. Apakah sumber-sumber pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya?
2. Apakah watak dasar (nature) pengetahuan itu? Apakah ada dunia yang benar-benar di luar pemikiran kita? Kalau ada, apakah kita dapat mengetahuinya? Ini adalah persoalan tentang apa yang kelihatan (appearance) versus hakikatnya (reality).
3. Apakah pengetahuan kita itu benar? Bagaimana kita dapat dapat membedakan yang benar dari yang salah? Ini adalah soal validitas atau verifikasi. (A Hasan Ridwan & Irfan Safrudin, 2011:21).
Atas dasar itu, epistemologi merupakan studi filosofis tentang asal, struktur, metode, validitas, dan tujuan pengetahuan the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods, and validity of knowledge. Ia ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan objek yang ditelkaah ilmu, wujud yang hakikiobjek tersebut, serta bagaimana hubungannya antara objek tersebut dengan daya tangkap manusia, seperti berpikir, merasa, dan mengindra, yang membuahkan pengetahuan. Oleh sebab itu, epistemologi menjelaskan proses dan prosedur yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu serta hal-hala yang harus dipertimbangkan sehingga diperoleh pengetahuan yang benar. Ia menjelaskan kebenaran serta kriterianya dan cara yang dapat membantu diperolehnya kebenaran. (A Hasan Ridwan & Irfan Safrudin, 2011:22).
B. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. (Surajiyo, 2008:26).
Pengetahuan menurut Langeveld, ialah kesatuan atau kepaduan antara “subjek yang mengetahui” dan “objek yang diketahui”, dengan kata lain: “subjek itu memandang objek sebagai suatu yang diketahuinya”.(M. Solly Lubis, 1994:9).
Pengetahuan dapat dibagi ke dalam tiga jenis sebagai berikut :
1. Pengetahuan biasa (ordinary knowledge). Pengetahuan ini terdiri dari pengetahuan nir-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan nir-ilmiah adalah hasil pencerapan dengan indra terhadap objek tertentu yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan termasuk pula pengetahuan intuitif. Pengetahuan pra-ilmiah merupakan hasil pencerapan indrawi dan pengetahuan yang merupakan hasil pemikiran rasional yang tersedia untuk diuji lebih lanjut kebenarannya dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
2. Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Pengetahuan yang demikian dikenal dengan sebutan science (ilmu)
3. Pengetahuan filsafati (Philosophical knowledge). Pengetahuan filsafati diperoleh lewat pemikiran rasional yang didasarkan pada pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, dan pemikiran-pemikiran yang logis, analitis, dan sistematis. Pengetahuan filsafati adalah pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, prinsip, dan asas dari seluruh realitas yang dipersoalkan selaku objek yang hendak diketahui. (Jan Hendrik Rapar, 1996:38-39).



Terjadinya pengetahuan menurut John Hospes:
a. Pengalaman indera (sense experience). Sumber pengetahuan yang berupa alat2 untuk menangkap objek pengetahuan dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
b. Nalar (Reason), merupakan suatu corak berfikir untuk menggabungkan dua pengetahuan atau lebih dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan baru.
c. Otoritas (authority), pengetahuan yang terjadi karena wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.
d. Intuisi (intuition), pengetahuan berasal dari kemampuan manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus.
e. Wahyu (revelation), pengetahuan diperoleh dari kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini berasal dari Tuhan melalui rasul.
f. Keyakinan (Faith). Keyakinan merupakan kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. (Surajiyo, 2008:28-30 dan Nina W. Syam, 2010:146)
Tingkatan pengetahuan menurut Plato
a. Pengetahuan eikasia (khayalan), yaitu pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Misalnya khayalan seseorang yang menjadi kaya.
b. Pengetahuan Pistis (substansial), yaitu pengetahuan yang mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
c. Pengetahuan dianoya (matematik/pikir), yaitu suatu pengetahuan yang tidak hanya pada objek yang yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimanan cara berpikirnya.
d. Pengetahuan Noesis (filsafat), hampir sama dengan pengetahuan pikir, tetapi tidak lagi menggunakan pertolongan gambar atau diagram tetapi sudah menggunakan pikiran yang sudah abstrak.
C. Pengertian Ilmu
Kata Ilmu merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris : science. Kata science ini berasal dari kata Latin Scientia yang berarti pengetahuan. Kata Scientia ini berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya mempelajari, mengetahui. Pada mulanya cakupan ilmu (science) secara etimologis menunjuk pada pengetahuan semata-mata, pengetahuan mengenai apa saja. Pertembuhan selanjutnya pengertian ilmu (science) ini mengalami perluasan arti, sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik (systematic knowledge). Pemakaian yang luas dari kata ilmu (science) ini diteruskan dalam bahasa Jerman denganistilah wissenschaft yang berlaku terhadap kumpulan pengetahuan apapun yang teratur, termasuk di dalamnya naturwissenschaften yang mencakup ilmu-ilmu kealaman maupun geistenwissenchaften yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai the humanities (pengetahuan kemanusiaan), sementara dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai ilmu-ilmu budaya yang pada umumnya mencakup pengetahuan-pengetahuan tentang bahasa dan sastra, estetika, sejarah, filsafat, dan agama (Dampier dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001:126-127).
Kata Ilmu sendiri dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wajan fa’ila, yaf’alu, (Ahmad Warson Munawwir, 1984: 1036), yang berarti : mengerti, memahami benar-benar.Jadi pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Mulyadhi Kartanegara mengatakan bahwa ilmu adalah any organized knowledge, ilmu didefinisikan sebagai “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Dengan demikian ilmu bukan sembarang pengetahuan atau sekadar opini, melainkan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Pengertian Ilmu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sains, hanya sementara sains dibatasi pada bidang-bidang fisik atau inderawi, ilmu melampauinya pada bidang-bidang nonfisik, seperti metafisika.(Mulyadhi Kartanegara, 2003:1).
Beberapa ciri utama Ilmu menurut terminologi
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbedadengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmu. Prinsip-prinsip objek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaitanlogis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis objek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicirikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir.
3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. Di pihak lain, yang seingkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu. Kendati demikian, rupanya baik untuk tidak memasukkan persyaratan ini dalam definisi ilmu, karena objektivitas ilmu dan kesamaan hakiki daya persyaratan ini pada umumnya terjamin.
5. Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting adalah terminologi ilmiah, yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu. (Amsal Bakhtiar, 2004:13-14

Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Ilmu merupakan salah satu dari pengethuan manusia. Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakekat ilmu itu sebenarnya. (Yuyun S Suriasumantri, 1994:3).
Ilmu berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan kebudayaan. Dengan demikian manusia selalu berupaya untuk menemukan landasan pikiran baru untuk mengatantisipasi perubahan dan perkembangan kebutuhan berdasarkan disiplin metodologi ilmiah. (Sudarto, 1996:3)
Apa yang dimaksud dengan kata “ilmiah” yang melekat pada ungkapan “pengetahuan serta cara kerja ilmiah”?, secara umum ddidapati tiga macam ciri pengetahuan ilmia, yaitu
1. Pengethaun ilmiah merupakan pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran. Segenap pengaturan cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin. Hal ini harus didasarkan atas pemahaman-pemahaman yang dapat dibenarkan secara apriori, dan juga didasarkan atas hasil-hasil tangkapan empirik.
2. Pengetahuan ilmiah bersifat sistematik. Yang tersusun berbagai bidang penyelidikan, isi pengetahuan, serta lapangan-lapangan obyek
3. Sifat intersubjektif pengetahuan ilmiah berhubungan dengan dua cirinya yang telas disebut di atas. Terhadap hasil-hasil penyelidikan ilmiah, haruslah dimungkinkan adanya kesepakatan yang bersifat intersubjektif. (Berling dkk, 1990:7).
Dengan demikian pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya. Teori-teori ilmiah ditarik dengan cara ketat dari fakta-fakta pengalaman yang diperoleh lewat observasi dan eksperimen.(A.F. Chalmers, 1983:1)
D. Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu
Dari seperangkat pengertian yang ada, pengetahuan dengan ilmu sering dikacaubalaukan. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuandirangkum menjadi sebuah kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini sering dijumpai dalam berbagai tulisan yang membicarakan mengenai ilmu pengetahuan , tetapi apabila kedua kata tersebut berdiri sendiri-sendiri, perbedaannya akan nampak dengan jelas. Kata pengetahuan diambil dari Inggris knowledge, sedangkan kata ilmu dari kata Arab Ilm dan kata Inggris science. Terjemahan seperti ini nampaknya lebih baik daripada mencampuradukkan dua kata tersebut. Dengan memisahkan kedua kata ini, akan diperoleh pengertiannya masing-masing dan akan terlihat perbedaannya.
Jika pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami sesuatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indera maupun lewat akal. Dapat pula objek yang difahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan, cara memahaminya dengan komprehensip atau dapat berwujud subsistensi yang difahami lewat persepsi. (Miska Muhammad Amin, 1983:3).
Jadi perbedaan antara ilmu dan pengetahuan, ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. (Amsal Bakhtiar, 2004:16-17).
E. Sumber Pengetahuan

1. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal (rasio).- Pengalaman hanya dapat meneguhkan pengetahuan yg didapat dari akal.- Metode pengetahuan bersifat deduktif- Filosofnya pengikut aliran ini antara lain: Rene Descartes (Cogito ergo Sum- ketika aku berpikir maka aku ada), Spionoza dan Leebniz. (I.R. Poedjawijatna, 1980:92)
Tiga ide yang ada pada manusia menurut Descartes:
(1) innate ideas, yaitu ide yg dibawa manusia sejak lahir,
(2) adventitous ideas, adalah ide yang berasal dari luar manusia, dan
(3) factitious ideas, yaitu ide yang dihasilkan fikiran itu sendiri.

2. Empiris
Empeirikos = pengalaman (Yunani)- Empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman batin maupun lahir.- Akal hanya bertugas mengolah bahan- bahan yang diperoleh dari pengalaman.- Metode yang diterapkan adalah induktif.- Filusuf aliran empirisme antara lain: John Locke, David Hume, William James.(Muhammad Muslih, 2008:64)
3. Intuisi
Intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Pengetahuan intuisi diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten Kemampuan intuisi mirip dengan insting tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan, Pengetahuan yang diperoleh dari intuisi dapat digunakan sebagai hipotesis bagi analisis, selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Mirip dengan intuisi adalah ilusi yang dalam Islam disebut Ma’rifah, yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran (M. Solly Lubis, 1994:14)
4. Wahyu
Wahyu Adalah pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia lewat perantaraan Nabi/Rasul. Pengetahuan dari Wahyu sangat diyakini kebenarannya karena datang dari Tuhan dan diberikan melalui nabi yang suci jiwanya. Wahyu berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah yang transendental seperti penciptaan manusia, kehidupan setelah mati. Bagi manusia, wahyu harus diyakini dulu kebenarannya, baru kemudian dilakukan pengkajian-pengkajian untuk mencari bukti-bukti atau logikanya. (M. Solly Lubis, 1994:14).

3. Penutup
Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek material dari epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.









Daftar Pustaka
Beerling, 1990, PengantarFilsafatIlmu, Yogyakarta : Tiara Wacana
I.R. Peodjawijatna, 1980, TahudanPengetahuan, Jakarta :BinaAksara
Jujun S. Suriasumantri, 1994, IlmuDalam Perspektif, Jakarta ;Yayasan Obor Indonesia
Tim DosenFilsafatIlmuFakultas Filsafat. UGM,2001, FilsafatIlmu, Yogyakarta : Liberty.
SoedjonoDirdjosisworo, 1986,PengantarEpistemologidanLogika (Bandung :RemajaKarya),
A.F. Chalmer, 1983, Apaitu Yang DinamakanIlmu? Jakarata : Hasta Mitra
Mulyadhi Kartanegara, 2003, Pengantar Epistemologi Islam, Bandung : Mizan.
Miska Muhammah Amin, 1983, Epistemologi Islam, Jakarta : UI Press.
Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat Ilmu, Jakarta : Rajawali.
Surajiyo, 2008, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara.
Ahmad Hasan Ridwan dan Irfan Safrudin, 2001, Dasar-Dasar Epistemologi Islam, Bandung : Putera Setia.
Nina W. Syam, 2010, Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Sudarto, 1996, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar Filsafat, Yogyakarta : Kanisius.
M. Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju.
Muhammad Muslih, 2008, Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Belukar.


0 comments:

Copyright © 2013. BloggerSpice.com - All Rights Reserved
Customized by: MohammadFazle Rabbi | Powered by: BS
Designed by: Endang Munawar