FONETIK


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penuis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan krunia-Nya kita masik dapat menjalankan aktifitas dalam keadaan sehat wala’fiyat. Sholawat beserta salam semoga senan tiasa selalu tercurah dan terlimpah kepada junjunan alam yakni Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan sampai kepada umat-umatnya sampai akhir kiamat.Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak masih banyak kekurangan, kekeliruan, serta jauh dari kesempurnaan. Baik isi, sistematik maupun kajian bahasanya. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis menunggu keritik dan saran dari semua pihak demi kemajuan bersama.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, umumnya bagi pembaca.










DAFTAR ISI
 PENGANTAR········································································
DAFTAR ISI···················································································
BAB 1..............................................................................1.1
Latar Belakang·························································································1.1   
Rumusan Masalah ······································································1.2     Pemecahan Masalah···································································1.3
Tujuan dan Manfaat································································1.4    
BAB II.....................................................................................2.1
     Pengertian fonolog·································································2.1
   Ilmu-ilmu yang temasuk kedalam fonologi····································2.2     Fonem-fonem bahasa indonesia·················································2.3
BAB III··························································································3.1
     Penerapan dalam Pembelajaran··················································3.1
BAB IV··························································································4.1    
Saran dan Kesimpulan···········································································4.2     DAFATARPUSTAKA ......................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Kalau kita memperhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu,seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya diSekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah“huruf”walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru, pemahaman struktur fonologi dan morfologi bahasa Indonesia selain dapatmenjadi bekal dalampemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalamkehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuanberbahasa siswa.
1.2        Rumusan Masalah
a.       Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
b.      Bagaimana membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?
c.       Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?

1.3        Pemecahan Masalah
a.       Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum
b.      Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni fonetik dan fonemik.
·         Fonetik diartikan sebagai bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa (Kamus Bahsa Indonesia : 1997)·         Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yangberfungsi sebagai pembeda makna.·         Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna, fonem dapat diidentifikasi dari jenis-jenisnya yang berjumlah 32.1.4        Tujuan dan Manfaata.       Untuk menjelaskan pengertian fonologi.b.      Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.c.       Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1        Pengertian Fonologi
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Fonologi terbadi dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistembunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurutfungsinya.Dengan demikian, fonologi adalahmerupakan sistem bunyi dalambahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwafonologi adalah ilmu tentangbunyi bahasa.
2.2        Ilmu-Ilmu yang Termasuk dalam Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni fonetik dan fonemik.a.     Fonetik
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), Fonetik diartikan sebagai bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yangdihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Fonetik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :Ø Fonetik artikulatoris adalah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa serta pengklasifikasian bahasa berdasarkan artikulasinya.Ø Fonetik akustis adalah fonetik yang mempelajari bunyi bahasa yang berupa getaran udara dan mengkaji tentang frekuensi getaran bunyi, amplitudo, intensitas dan timbrenya.Ø fonetik auditoris adalah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi sebagai hasil dari udara yang bergetar.Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaandengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.b.      Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yangberfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan:Ø  Bidan glinguistik tentang sistem fonem;
Ø  sistem fonem suatu bahasa;
Ø  prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapatdihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsiuntuk membedakan arti. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.Ø  Fonologi dalam cabang morfologi Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal katasering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan[bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.Ø  Fonologi dalam cabang sintaksis Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketikaberhadapan dengan kalimat kamu berdiri.(kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebutmasing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksudyang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasilanalisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yangternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasaIndonesia.Ø  Fonologi dalam cabang semantik Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata punmemanfaatkan hasil telaah fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuahkata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras]akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secarabervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna. Hasilanalisis fonologislah yang membantunya.2.3        Fonem-fonem Bahasa Indonesiaa.       Pengertian Fonem
Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.b.      Jenis-jenis Fonem
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiriatas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3buah, dan (c) fonem konsonan 23buah(p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z).


1.      Fonem vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut.·         Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
·         Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi.·         Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi).Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal digolongkan: Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit- langit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i]. Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya /u/.·         Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vocal.·         Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal [o].
·         Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal /y/ .
·         Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya vokal /a/.

Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas:·         Vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/;·         Vokal tak bundar: /e/, /ə/, dan /i/.Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah dengan langit-langit, vokaldibedakan atas:·         Vokal sempit: /ə/, /i/, dan /u/;
·         Vokal lapang: /a/, /e/, /o/. Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang.2.      Fonem diftong Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakansebagai vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapatdipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga <au> padasuku kata –lau tidak dapat dipisahkanmenjadi la-u seperti pada kata mau.3.      Fonem Konsonan Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Kualitasnya ditentukanoleh tiga faktor :
·         Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara).
·         Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit).
·         Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan.Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pitasuara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
1.      Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. (Samsuri, 1994, Supriyadi, dkk. 1992, Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988).
·      Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/.
·      Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.2.      Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni:
·         Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
·         Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/.
·         Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/.
·         Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan /g/.3.      Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain;·         Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, ñ, ];
·         Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
·         Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s];
·         Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z];
·         Konsonan getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seperti [r] pada jarang.



BAB III
3.1   PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN
Penerapan fonologi dalam pembeajaran dapat dilakukan dengan cara memasukan materi fonologi kedalam pembelajaran bahasa Indonesia,  Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:
(1) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya pada pembiasaan.(2) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan pembelajarannya pada pemerolehan kemampuan berbicara.(3) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.



BAB IVPENUTUP
4.1        Kesimpulan
Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalahsistem bunyi dalam bahasa Indonesia.Fonologi mencakup dua kajian ilmu,yaitu fonetik dan fonemis.Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yangmempelajari seluk-beluk pembentukan kata. Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk,baikseluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupuntidak.4.2        SaranSaran Sebagai seorang guru, Pemahaman struktur fonologi danmorfologi bahasaIndonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalampemakaianbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harijuga dapatbermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.















DAFTAR PUSTAKA
http://mampiroto.blogspot.com/2011/05/makalah-fonologi-diftong.htmlhttp://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=81http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=82http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_4_0.pdfhttp://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article& id=64:pbin4101-linguistik-umum&Itemid=75&catid=30:fkiphttp://Rangkuman-Pelajaran.blogspot.comhttp://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/fonologi/http://www.slideshare.net/Rakatajasa/materi-fonologi-bahasa-indo



0 comments:

Copyright © 2013. BloggerSpice.com - All Rights Reserved
Customized by: MohammadFazle Rabbi | Powered by: BS
Designed by: Endang Munawar