ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA
MAKALAH
ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen
Pengampu: Endang Munawar, M.Pd.I
Disusun
Oleh:
Muhammad
Al-ghifari Rais (D.19.24193)
Putri
Nurul Khidayah (D.19.24197)
Pengembangan
Masyarakat Islam
Semester
II
Sekolah
Tinggi Agama Islam Darul Arqam Muhammadiyah Garut
Daftar
Isi
BAB
I (PENDAHULUAN)
Latar
Belakang Masalah............................................................................................. 3
Rumusan
Masalah...................................................................................................... 3
BAB
II (PEMBAHASAN)
Perkembangan Islam di Spanyol.................................................................... 2
Pengaruh Islam terhadap renaisans................................................................ 13
BAB
III (PENUTUP)
.
Kesimpulan.............................................................................................................. 17
Daftar
Pustaka........................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Ketika
periode klasik Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropamulai bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan Eropa bukan saja terlihatdalam bidang politik
dengan
keberhasilan mereka mengalahkan
kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi kemajuan mereka
terutama dalambidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dalam bidang inilah yangmendukung
keberhasilan politiknya. Dalam catatan sejarah Islam, kemajuan- kamajuan Eropa
ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol.Dari Spanyol Islamlah, Eropa banyak menimba ilmu,
karena pada periode klasik,ketika Islam mencapai masa keemasannya,
Spanyol merupakan pusatperadaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad
di Timur. Ketikaitu, orang - orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan -
perguruan tinnggi Islam di Spanyol Islam. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa, karena itukehadiran Islam di Spanyol
banyak menarik perhatian para sejarawan Spanyolmerupakan bagian dari
wilayah kekuasaan daulat bani Umayyah di Damaskus dan setelah itu dikuasai oleh
Abdurrahman ad Dakhil pada tahun 75 M,bersamaan dengan hancurnya daulat bani Umayyah di Damaskus. Kemudianpemerintah Islam di
Spanyol menjadi pemerintahan yang
berdiri sendiri di masakhalifah Abdurrahman III dan merupakan salah satu negara
terbesar di masa itu,disamping daulat Abbasiyah di Timur, Bizantium dan
kerajaan Charlemangne(Frank) di Barat. Namun, pada masa pemerintahan
berikutnya Spanyolmengalami kemunduran karena terjadi disintegrasi yang telah
memporak-porandakan kesatuan dan persatuan
Andalusia yang membawa kepada kehancuranIslam di Spanyol.
B. Rumusan Masalah
Islam pertama kali masuk ke
Spanyol pada tahun 711 M melalui jalurAfrika Utara. Wilayah Andalusia yang
sekarang disebut dengan Spanyoldiujung selatan benua Eropa, masuk kedalam
kekuasaan dinasti bani Umayahsemenjak Tariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair
gubernur Qairuwan,mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik Raja bangsa
Gothia (92 H/ 711M). Spanyol diduduki umat islam pada zaman kholifah Al-Walid
(705-715),salah seorang khalifah dari Bani
Umayah yang berpusat di Damaskus.
BAB II
PEMBAHASAN
“ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA
TERHADAP RENAISANS DI EROPA”
A. Proses Awal Masuknya Islam di Spanyol
Islam pertama
kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol
sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut
Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan
Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.[1]
Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya
atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M).
Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur
di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan
oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas
wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga
menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai
menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53
tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai
tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam,
dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan
Romawi, yaitu kerajaan Gotik.
Dalam proses
penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis
dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua
Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam
tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair
pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq
ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya
lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar
suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab
yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di
bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar
(Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan.
Dari situ seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat
itu). [2]Kebudayaan islam
memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia. Ini
karena kaum muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8 abad lamanya.
Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak perkembangannya.
Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang pesat diberbagai
pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.[3]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternalnya antara lain pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. [4]Begitu juga dengan adanya perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka. [5]Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun
faktor internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan
wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat,
tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
B. Perkembangan Politik
Sejarah panjang yang dilalui
umat Islam di Spanyol itu dibagi menjadi enam periode yaitu :[6]
1. Periode Pertama (711-755 M)
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada
periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih
terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain
berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis
dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh
karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab
sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy
(Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali
menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh.
Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu
mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Periode ini
berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138
H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di
bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi
tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh
Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol
tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia
berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol
pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd
al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan
Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol
mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang
peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah
di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharuan dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara
bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa
yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di
zaman Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9
stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
mencari kesahidan (Martyrdom).
Gangguan politik yang paling serius
pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo
pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di
samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang
terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan
anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan
antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.[7]
Namun ada yang berpendapat pada
periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa KeAmiran (755-912) dan masa ke
Khalifahan (912-1013).[8]
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya
“raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode
ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah
tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana
pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat
ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang
dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini
dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode
ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976
M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol
mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di
Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas Cordova.
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan
Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol
sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota
tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja
golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville,
Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di
Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan
dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya
orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun
kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang
pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam
meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan
yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti
Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M
ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa
dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118
M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh
Muhammad ibn Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan
Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar
di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun
menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika
Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan
Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari
kekuasaan Islam.[9]
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini yaitu antara tahun
(1232-1492) ketika umat islam Andalus bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa
dinasti bani Amar pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar
Al-Nasr, oleh karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah.[10]
Periode ini, Islam hanya berkuasa di
daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa
tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya.
Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn
Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella
untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang
sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang
mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup
puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu
Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada
akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella,
kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan,
masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh
dikatakan tidak ada lagi umat Islam didaerah ini.
C. Kemajuan Peradaban Islam
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negara yang subur. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
a) Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.[11]
Pada abad ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun. [12]
b) Sains
Abbas ibn Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negara yang subur. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
a) Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.[11]
Pada abad ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun. [12]
b) Sains
Abbas ibn Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi,
wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari
Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania
dan Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai
dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn
Khaldun dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas
bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
c) Fikih
c) Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol dikenal
sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah
Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya
yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya
yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang
terkenal.[13]
Sedillot berkata, “Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis menugaskan Dr. Peron untuk menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalik bin Ishaq bin Ya’qub (w. 1422 M).[14]
d) Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e) Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Orang-orang memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria). Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.
Sedillot berkata, “Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis menugaskan Dr. Peron untuk menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalik bin Ishaq bin Ya’qub (w. 1422 M).[14]
d) Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e) Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Orang-orang memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria). Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.
3. Faktor-faktor Pendukung
Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
D. Faktor-Faktor Kemunduran dan
Kejatuhan
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Islam tidak melakukan Islamisasi secara sempurna bahkan kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol dan menyebabkan kehidupan Negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dengan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat sedangkan di Spanyol orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Hal itu menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping itu kurangnya figure yang dapat menjadi personifikasi ideologi.
3. Kesulitan Ekonomi
Para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul masalah kesulitan ekonomi yang mempengaruhi kondisi politik dan militer
4. Sistem Peralihan Kekuasaan Yang Tidak Jelas
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasan diantara ahli waris, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Al-Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan terakhir Islam Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella juga disebabkan oleh masalah ini.
5. Keterpencilan
Islam Spanyol terpencil dari dunia Islam lainnya. Ia selalu berjuang sendirian tanpa bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
E. Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Renaisan Eropa
Kemajuan Eropa hingga saat ini yang terus berkembang banyak dipengaruhi oleh khazanah ilmu pengetahuan islam yang berkembang di periode klasik. Pengaruh peradaban Islam termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyid ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen yang belajar di Universitas-universitas Islam di Spanyol seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan Samalanca. Selama belajar di Spanyol mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negrinya mereka mendirikan sekolah dan Universitas yang sama. Universitas yang pertama di Eropa adalah Universitas paris yang didirikan pada tahun 1231 M.
Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (Renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.
Walaupun akhirnya Islam diusir dari Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (Renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia. Gerakan reformasi pada abad ke-16 M, Rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (Aufklaerung) pada abad ke-18 M.[15]
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Islam tidak melakukan Islamisasi secara sempurna bahkan kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol dan menyebabkan kehidupan Negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dengan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat sedangkan di Spanyol orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Hal itu menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping itu kurangnya figure yang dapat menjadi personifikasi ideologi.
3. Kesulitan Ekonomi
Para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul masalah kesulitan ekonomi yang mempengaruhi kondisi politik dan militer
4. Sistem Peralihan Kekuasaan Yang Tidak Jelas
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasan diantara ahli waris, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Al-Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan terakhir Islam Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella juga disebabkan oleh masalah ini.
5. Keterpencilan
Islam Spanyol terpencil dari dunia Islam lainnya. Ia selalu berjuang sendirian tanpa bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
E. Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Renaisan Eropa
Kemajuan Eropa hingga saat ini yang terus berkembang banyak dipengaruhi oleh khazanah ilmu pengetahuan islam yang berkembang di periode klasik. Pengaruh peradaban Islam termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyid ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen yang belajar di Universitas-universitas Islam di Spanyol seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan Samalanca. Selama belajar di Spanyol mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negrinya mereka mendirikan sekolah dan Universitas yang sama. Universitas yang pertama di Eropa adalah Universitas paris yang didirikan pada tahun 1231 M.
Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (Renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.
Walaupun akhirnya Islam diusir dari Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (Renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia. Gerakan reformasi pada abad ke-16 M, Rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (Aufklaerung) pada abad ke-18 M.[15]
Namun ada faktor lain yang
menyebabkan kemunduran kebudayaan islam yaitu:
- Kelemahan dibidang politik
- Munculnya orang-orang Moghul
- Munculnya unsur Turki
- Ditemukannya Mesiu.
- Kelemahan dibidang politik
- Munculnya orang-orang Moghul
- Munculnya unsur Turki
- Ditemukannya Mesiu.
E. Pengaruh Islam Spanyol Terhadap Eropa
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, ystem, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan ystem-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.
Ketika peradaban Islam mulai mundur, diikuti dengan cara pandang umatnya yang sempit, dunia Barat (Eropa) mulai bangun dan beramai-ramai menerjemahkan karya-karya ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin dan mengkajinya. Suatu hal yang ironis, padahal penyebab kebangkitan dunia Barat itu berkat mengkaji kebudayaan muslim. Dunia Barat yang menyadari keterbelakangan kebudayaanya datang belajar ke Timur. Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Arab (bahasa Al-quran) disalin kedalam bahasa Latin (bahasa standar Injil) melalui masa penterjemahan.
Bersamaan dengan itu, di Eropa berkembang pemikiran-pemikiran filosof
Islam terutama Ibnu Rusyd, yang menyatakan bahwa agama sama sekali tidak bertentangan
dengan filsafat, ajaran agama dan inti filsafat sejalan. Berkembanglah kemudian
di Eropa, Averroisme dalam sejarah pemikirannya, meskipun Barat salah dalam
memahami Ibn Rusyd. Pemikiran Ibn Rusyd membawa balancing antara agama dan
filsafat. Di Eropa, Averroisme membawa kepada double truth (kebenaran ganda).
Kebenaran yang dibawa oleh agama adalah benar, demikian juga kebenaran ilmiah
dan filsafat).[14]
Tonggak awal kebangkitan Eropa yang dinamakan dengan Renaissance,
sedikit banyak lahir atas pengaruh Averroisme (Ar-Rusydiyyah) dan atas pengaruh
penerjemahan karya-karya ilmiah ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin.[15]
Pemindahan ilmu pengetahuan yang berkembang dalam Islam ke Eropa pada abad 12 M
dan seterusnya paling tidak melalui beberapa jalur.
Pertama, jalur Andalus dengan Universitas-Universitas handal yang
dikunjungi oleh kaum terpelajar Eropa. Sejarah telah mencatat bahwa pada abad 9
misalnya, khlaifah Abdurrahman III (912-961 M) telah mendirikan dan menempatkan
Universitas Cordoba. Di dalam universitas Cordoba tersebut banyak mahasiswa dan
sarjana Islam maupun Eropa-Kristen untuk menggali dan menimba ilmu-ilmu Islam.
Pada waktu itu universitas Cordoba telah menyelenggrakan deferensiasi ilmu
pengetahuan kedalam fakultas-fakultas; hukum, kedokteran, ilmu ukur dan
astronomi. Pada waktu itu belum ada universitas di dunia Eropa-Kristen. Eropa
baru mengenal dan mendirikan universitas pada tahun 1000 (universiats Salerno).
Menyusul setelah itu dibangun universiats Bologna (1150), dan universitas
Oxford (1168), yang pada waktu itu banyak mencontoh kurikulum dan pola
universiats Islam.[16]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari Andalusia dengan cara yang sangat
kejam, tetapi telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan
itu adalah; kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renessaince) pada
abad ke-14 M yang bermuladi Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
gerakan rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18
M.[17]
Kedua, Sisilia, yang pernah dikuasai umat Islam dari tahun 831 hingga
1091. Di pulau ini ilmu pengetahuan serta penemuan ilmiah para ilmuwan Islam
meningkat dengan pesat.[18] Bahkan setelah jatuhnya Sisilia ditangan kaum
Norman yang dipimpin oleh Roger, pengaruh peradaban Islam masih sangat terasa
disana. Mereka dikelilingi oleh para filosof dan ilmuwan muslim. Kepada mereka
diperkenankan menjalankan ibadah agamanya dengan leluasa. Lebih dari seabad
sesudah masa ini, masih tetap merupakan satu kerajaan Kristen yang unik dimana beberapa
jabatan tinggi dipegang oleh orang Islam.[19]
Dari Sisilia, ilmu pengetahuan Islam meluas kedataran Italia, apalagi
semenjak didirikannya universitas Napels pada tahun 1224 M. dianatara siswa
universiats Napels ini adalah Thomas Aquinas, pemimpin Keristen Katolik. Di
sini Federick II menghimpun naskah-naskah Arab. Buku-buku Aristoteles dan
Averoes diterjemahkan dan dipergunakan sebagai buku pelajaran. Terjemahan
tersebut juga di kirim ke universitas-universitas Paris dan Bologna.[20]
Pengaruh pemikiran rasional ilmu pengetahuan dalam perkembangan Barat
diakui oleh ilmuwan Barat sendiri seperti Gustav Le Bon, Henry Trece, Anthony
Nutting, C. Rsiler, Alferd Guillame, Rom Landau, dan yang lainnya. Di samping
pengakuan penulis-penulis Barat yang objektif terhadap pengaruh peradaban Islam
terhadap lahirnya Renaissance dan peradaban Barat modern, beberapa penulis
Barat juga mengakui pengaruh pemakaian akal dalam Islam terhadap kebebasan
berpikir di Eropa dari belenggu agama (baca : Kristen).
Nama-nama yang cukup terkenal dalam
karya penterjemahan ini antara lain:
1. Gerard dari Cremona (Italia, w.
1187), ketua dewan penterjemah di Toledo. Ia menerjemahkan 87 buku tentang
filsafat, kedokteran, matematika dan ilmu Falak. Dianatara terjemhannua itu adalah
al-Qanun fi Tibb (Canon) tulisan Ibn Sina yang telah menjadi buku pegangan
pokok mahasiswa kedokteran Barat selama berabad-abad.
2. Adelard dari Bath menterjemahkan
buku-buku Musa al-Khawarizmi dalam bidang matematika dan astronomi.
3. Robert dari Chester (abad 12)
yang belajar di Andalusia selama 12 tahun, menerjemahkan al-Jabar wal
muqabalah. Robert de Chester ini bersama-sma Hermanus Dalmata pada tahun 1141
menerjemahkan Al-quran ke dalam bahasa Latin.
4. Michael Scott (w. 1235) yang juga
belajar di Toledo, menterjemhkan komentar-komentar Ibn Rusyd terhadap
Aristoteles.[21]
Dengan diterjemahkannya buku-buku itu termasuk Al-quran, yang telah
menyebabkan lahirnya era renaisansi di dunia Barat. Isi era resaisansi ini
adalah terjadinya revolusi-revolusi. Revolusi pertama di bidang ketatanegaraan.
Lahirlah negara-negara yang membebaskan diri dari kristendom. Kedua, negara
revolusi ilmu pengetahuan seperti yang telah disebutkan dimuka. Ketiga revolusi
agama dengan lahirnya gerakan-gerakan pemurni dan gerakan-gerakan protes
terhadap kehidupan geraja, khususnya kekuasaan Paus. Gerakan pemurnian ialah
sekte Jezuit sedang gerakan protes dapat dikemukakan nama-nama Ximanse de
Cisneros (Spanyol, wafat 1517); Girolamo Savanarola (Italy, wafat 1496); Martin
Luther (Jerman, wafat 1546); Ulrich Zwingli (Swiss, wafat 1531); John Calvin
(Prancis, wafat 1564) dan di Inggris lahir gereja Anglica yang pemimpin
pertamanya adalah ratu Elizabeth I. Berangkat dari revolusi ilmu pengetahuan
pula maka abad 11/17 lahir revolusi yang dimulai di Inggris yang berakibat
lahirnya revolusi social abad 12/18.
Sebagaimana pernah terjadi di dunia Muslim dengan kelahiran Mu’tazilah
yang mngedepankan ratio, pada abad 2 H/8 M di dunia Barat lahir gerakan
Aufklarung/Englightenment pada abad 11H/17M. Mu’tazilah menolak adanya
sifat-sifat Tuhan. Aufklarungpun menolak trinitas sebagai sifat Tuhan. Isac
Newton (wafat 1721) dalam bukunya Two Notable Coruptions of Scripture dan
Observation of the Prophesiss of Daniel and the Apocalypse of St. John, menolak
doktrn trinitas karena tidak sesuai dengan akal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui
jalur Afrika Utara. Wilayah Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol
diujung selatan benua Eropa, masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah
semenjak Tariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan,
mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M).
Spanyol diduduki umat islam pada zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah
seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode yaitu: Periode Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M), Periode Keempat (1013-1086 M), Periode Kelima (1086-1248 M), dan Periode Keenam (1248-1492 M).
Kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih, yste dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik.
Faktor-faktor pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol antara lain, konflik Islam dengan Kristen,tidak adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya ystem peralihan kekuasaan keterpencilan.
Daftar
Pustaka
[5] 5. Dalam
Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebuidayaan Islam, Logos Wacana
Ilmu Jakarta 1996
[8] 8. Prof. Dr.
Hj. Musyrifah Sunanto,sejarah islam klasik, Jakarta Timur, Penada Media:2003,
hlm 119
[10] 10. Prof.Dr. Hj.
Musyrifah Sunanto,sejarah islam klasik, Jakarta Timur, Penada
Media:2003, hlm 122
[12] 12. Dr. Mustafa
As-Siba’i,Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok.Gema Insani Press, Jakarta :
1993, hlm 49.
[14] 14. Dr.Mustafa
As-Siba’i,Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok.Gema Insani Press, Jakarta :
1993, hlm 55
0 comments: