ISLAM PADA MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
ISLAM PADA MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Dosen
Pengampu: Endang Munawar M.Pd.I
Disusun Oleh :
Dimas Qadar Solihin (D.19.24180)
Dirwan Maulana
(D.19.24181)
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH
GARUT
2020
A.
PENDAHULUAN
Dalam konteks peradaban, Islam menampilkan peradaban baru
yang esensinya berbeda dengan peradaban sebelumnya. Peradaban yang ditinggalkan
Nabi misalnya, jelas sangat berbeda dengan peradaban Arab di zaman Jahiliyyah.
Dengan demikian, Islam telah melahirkan revolusi kebudayaan dan perdaban.
Misalnya, pembukuan al-Quran yang dinamakan Mushaf ‘Utsmani pada zaman Khalifah
Utsman Bin Affan, yang telah digunakan sebagai pegangan bagi umat sampai saat
sekarang ini, sehingga segala perbedaan yang timbul dalam soal qira’at dan
lain-lain dapat dikendalikan.
Makalah ini ditulis oleh penulis untuk menjelaskan
tentang latar belakang pengangkatan Khalifah Utsman Bin Affan dan bagaimana
peradaban islam pada masa itu.
TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Secara umum bertujuan Untuk mengetahui bagaimana proses
pengangkatan Utsman Bin Affan menjadi Khalifah, untuk mengetahui sejarah
peradaban islam pada masa Utsman Bin Affan, dan untuk mengetahui faktor- faktor
yang menyebabkan timbulnya Fitnah Al-Kubra.
B.
PEMBAHASAN
1.
Biografi Utsman Bin Affan
Utsman dilahirkan dari seorang yang ayah yang bernama
Affan bin Abi al-'As , dari suku bani Umayyah, dan ibu yang bernama Arwa binti
Kurayz , dari Abdshams , kedua suku kaya dan terpandang Quraish di Mekah .
Utsman memiliki satu saudara perempuan, Amina. Utsman lahir di Ta'if.
Ia tercatat sebagai salah satu dari 22 orang Mekah yang tahu cara menulis.
Ayahnya, Affan, meninggal di usia muda saat bepergian
ke luar negeri, meninggalkan Utsman dengan warisan besar. Ia menjadi pedagang
seperti ayahnya, dan bisnisnya berkembang, membuatnya menjadi salah satu orang
terkaya di antara orang Quraiys.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah
ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang yang kaya raya
dan handal dalam bidang ekonomi namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi
yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat
julukan Dzun Nurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan
ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari
Rasullah
yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan
Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk
golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam).
Rasulullah
sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai
pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Diriwayatkan
oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah
, "Abu Bakar masuk tetapi engkau biasa saja dan
tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak
memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk
dan membetulkan pakaian, mengapa?" Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak
malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”


Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana
Rasullullah
memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat wali
kota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor
kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama
dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan
kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki
suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan
rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan
gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita
di musim kering.

Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan
perluasan Masjid al-Haram Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah
karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Ia
mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk
mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun
pertanian, menaklukan beberapa daerah kecil yang berada disekitar perbatasan
seperti Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya
yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan
Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti
gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan
orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati
pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.[1]
2. Pengangkatan Utsman bin Affan menjadi Khalifah
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua,
diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang
kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin
Affan , Abdul Rahman
bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin
Awwam dan Thalhah
bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul
Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara
masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka
diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang
tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Muharram 23 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam
telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Utsman adalah seorang saudagar kaya yang menggunakan
kekayaannya untuk mendukung Islam namun tidak pernah sebelum kekhalifahannya
menunjukkan kualitas kepemimpinan atau benar-benar memimpin pasukan. Tetapi
meskipun demikian, menurut Wilferd Madelung , ia dipilih oleh para pemilih sebagai
satu-satunya calon kontra yang kuat untuk Ali karena ia sendiri dapat sampai
batas tertentu menyaingi hubungan kekerabatan dekat Ali dengan Nabi.
RVC Bodley percaya bahwa setelah pembunuhan Umar, Ali
menolak khalifah karena ia tidak setuju dengan mengatur sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan oleh Abu Bakar dan Umar, dan bahwa Utsman menerima
ketentuan-ketentuan dan ia gagal untuk administrasi selama sepuluh tahun
kekhalifahannya.
Berkuasa sebagai Khalifah
(644–656)[2]
3. Peradaban Islam pada masa Utsman bin Affan
1. Kodifikasi Al-Qur’an
Setelah kaum muslim bersepakat membaiat Usman bin Affan
sebagai khalifah ketiga setelah Abu Bakar al-shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab
r.a. ketika ditinggalkan oleh Umar bin Khattab, umat islam berada dalam keadaan
yang makmur dan bahagia. Kawasan dunia muslimpun telah bertambah luas. Khalifah
Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial politik didalam negeri sehingga ia
dapat membagi perhatiannya untuk memperluas wilayah islam. Dan ketika Usman
menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan sebagian besar garis politik Umar. Ia
melakukan berbagai Ekspedisi untuk mendapatkan wilayah-wilayah baru. Perluasan
itu memunculkan situasi sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Banyak hal baru yang harus diantisipasi oleh penguasa
muslim untuk menyatukan umat, yang terdiri atas berbagai suku dan bangsa. Salah
satu hal yang muncul akibat perluasan wilayah islam adalah munculnya berbagai
perbedaan qira’ah Al-qur’an. Itu karena setiap daerah memiliki dialeg bahasa
tersendiri, dan setiap kelompok umat islam mengikuti qiroah para sahabat
terkemuka. Sebagaimana diketahui ada beberapa orang sahabat yang menjadi kiblat
atau rujukan bagi kaum muslim mengenai bacaan Al-qur’an. Dimasa Rosulullah dan
dua khalifah sebelumnya keadaan itu tidak menimbulkan permasalahan karena para
sahabat bias mencari rujukan yang pasti mengenai bacaan yang benar dan
diterima. Namun seiring perubahan zaman dan perbedaan latar belakang
sosial budaya mayarakat islam, persoalan itu semakin meruncing dan berujung
pada persoalan aqidah. Sebagian kelompok umat menyalahkan kelompok lain karena
perbedaan gaya dan qiraah Al-qur’an. Bahkan mereka saling mendustkan,
menyalahkan bahkan mengkafirkan.
Kenyataan itu mendorong usman untuk berijtihad melakukan
sesuatu yang benar-benar baru. Pada akhir 24 H awal 25 H, Usman mengumpulkan
para sahabat lalu empat orang diantara mereka menyusun mushaf yang akan menjadi
rujukan umat islam. Keempat kodifikasi panitia itu adalah para penghafal
al-Qur’an yang telah dikenal baik yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Said ibn al-Ash dan Abdurrahman ibn al-Harist ibn Hisyam. Panitia kodifikasi
itu bekerja sangat cermat dan hati-hati.mereka menghimpun berbagai qiraah yang
ada ditengah umat kemudian memilih salah satunya yang dianggap paling
dipercaya. Mereka langsung menuliskan dalam satu mushaf lafal atau bacaan yang
disepakati bersama. Yang tersusun rapi dan sistematis. Panitia kodifikasi
Al-qur’an bekerja dengan cermat, teliti, dan hati-hati sehingga menghasilkan
sebuah mushaf. Sebetulnya karya itu bukan murni dilakukan khalifah Usman,
karena gagasan itu telah dirintis sejak kepemimpinan Abu Bakar dan diteruskan
khalifah Umar. Mushaf usmani itupun tuntas disusun dan mushaf-mushaf lain yang
berbeda dari mushaf utama itu diperintahkan untuk dibakar.[3]
2. Renovasi
Masjid Nabawi
Selain mengkodifikasi Al-Qur’an, pada masa khalifah
Utsman bin Affan juga dilaluka perluasan Masjid Nabawi serta memperindah bentuk
dan coraknya.
3. Pembentukan angkatan laut
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk angkatan
laut yang bertujuan untuk melindungi wilayah Afrika dari serangan Romawi. Hal
itu atas usulan dari Muawiyah bin Abu Sufyan yang saat itu menjabat sebagai
gubernur Suriah.
4. Perluasan dakwah islam
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, dakwah islam semakin
meluas. Wilayah Azerbaijan, dengan izin Allah swt., menerima dakwah Islam
dibawah pimpinan Said bin Ash dan Huzaifah bin Yaman. Wilayah Armenia juga
dapat diraih oleh dakwah di bawah pimpinan Salman bin Rabi’ah al- Bahiy. Pada
umumnya, mereka lebih suka berada di bawah pemerintahan Islam daripada dikuasai
kekaisaran Romawi.
E. Faktor yang menyebabkan munculnya Fitnah Al-Kubra
Usman bin Affan diangkat menjadi khalifah berumur 70
tahun melalui proses persetujuan dari dewan majelis syuro yang bersama-sama
membaiat khalifah Usman. Usman bin Affan memiliki cara tersendiri dalam
menjalankan pemerintahan dan memiliki karakter yang berbeda dengan khalifah
Umar bin Khattab yang terkenal dengan ketegasannya. Sementara khalifah Usman
terkenal dengan kelembutan dan belas kasihnya kepada orang lain terlebih kepada
keluarganya.
Apabila dicermati bahwa kelembutan Usman bin Affan juga
disebabkan umur beliau yang sudah lanjut. Sangat menusiawi jika manusia yang
sudah berumur memiliki sifat-sifat yang mulia serta berkasih sayang terlebih
kepada keluarganya serta butuh dukungan dari orang-orang yang dekat kepada
beliau.
Tentang keutamaan dan sifat-sifat mulia Usman bin Affan
tidak menghentikan langkah bagi orang-orang yang tetap tidak suka dan ingin
menggulingkan khalifah Usman. Ketidaksukaan orang-orang ini disebut dengan
fitnah al-Kubra yakni munculnya tuduhan miring kepada Usman bin Affan sehingga
muncul di kalangan umat ketidak percayaan kepada khalifah serta muncul niat dan
mosi tidak percaya kepada khalifah.
Menurut Murodi munculnya fitnah al-Kubra yang berakhir
dengan pemberontakan pada masa Usman bin Affan adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan
karakter yang dimiliki oleh Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
2. Visi
politik Usman yang memperbolehkan kaum muhajirin untuk keluar madinah yang pada
masa khalifah Umar hal ini dilarang.
3. Perubahan
sosial dari negara islam menjadi negara besar internasional, masyarakat semakin
komplek serta adanya generasi muslim baru, serta terjadinya pergulatan budaya
dan interaksi sosial yang mengakibatkan ambisi pribadi fanatisme kesukuan dan
golongan dan tidak patuh masyarakat kepada pemerintah.
4. Merabaknya kelompok
saba’iyyah yang dimotori oleh Abdullah bin Saba’ ia merupakan yahudi dari yaman
dan sebagai otak dari berbagai kerusuhan dan fitnah dengan menampilkan konsep
“wasaya”.
F. Peristiwa terbunuhnya Utsman bin Affan
Fitnah yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka
kepada khalifah Utsman bin Affan semakin tersebar diberbagai kota. Gagasan mosi
tidak percaya kepada khalifah Utsman semakin luas dan tidak pernah berhenti.
Mereka mengajak seluruh kaum muslimin untuk pergi ke Madinah menghadap kepada
khalifah untuk menyampaikan mosi tidak percaya kepada para pejabat yang
diangkat oleh Utsman.
Jumlah para penyebar fitnah sekitar 1000 orang mereka
menyusun strategi dengan membagi menjadi beberapa kelompok, tugas untuk meyebar
fitnah di Mesir adalah Abdullah bin Saba’ dan al-Ghifaqi bin Harb, di Kufah
disebarkan oleh Amr bin Ashm dan Zaid bin Shaujan Al-Abdi, di Basrah disebarkan
oleh Harqus bin Zahir dan Hakim bi Jabalah Al-Abdi.
Pada awalnya mereka datang ke Madinah hanya ingin
menyampaikan kepada Utsman bahwa mereka meminta khalifah Utsman bin Affan
mengganti gubernur dan pejabat yang menyeleweng, setelah permintaan mereka
dikabulkan oleh Utsman mereka kembali ke Mesir dengan di komandoi oleh Muhammad
bin Abu Bakr. Ditengah perjalanan mereka menemukan surat yang diberi stempel
atas nama Utsman bin Affan yang berisi perintah kepada Gubernur Mesir untuk
membunuh Muhammad bin Abu Bakr dan kaumnya. Surat ini menjadi dasar bagi
kemarahan para pemberontak dan mereka segera meminta penjelasan kepada Utsman.
Sekembalinya dari mereka ke Madinah, Muhammad bin Abu
Bakr bertemu Ali bin Abi Thalib tentang alasan mereka kembali kemudian Ali
menjelaskan bahwa surat itu palsu. Namun keadaan semakin gawat karena
pemberontak Muhammad bin Abu Bakr segera menyerbu rumah Utsman bin Affan. Pada
saat itu Utsman berada di dalam rumah dan rumah beliau dijaga oleh orang-orang
Muhajirin dan Anshar berjumlah 700 orang. Utsman bin Affan lantas menyampaikan
nasehat kepada pemerontak tidak dibenarkan mengalirkan darah seorang muslim,
kecuali karena tiga alasan, kafir, berzina dan membunuh.
Namun nasihat ini tidak dihiraukan oleh kaum pemberontak
sehingga mereka terus mengepung rumah Utsman bin Affan selama 40 hari serta
tetap bersikap kasar kepada Utsman bin Affan kemudian pemberontak dapat masuk
kerumah dan mendapati Utsman sedang dalam membaca Al-Qur’an dan sedang berpuasa
lalu mereka membunuh Utsman bin Affan dengan kejam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khalifah Usman bin Affan terpilih menjadi khalifah
melalui proses musyawarah yang dilakukan oleh dewan syura selanjutnya Usman bin
Affan dibait untuk menjadi khalifah yang ketiga. Masa kekhalifahan Usman bin
Affan selama 12 tahun dalam menjalankan pemerintahan Usman bin Affan
melanjutkan cara-cara yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab yakni
memperluas daerah kekuasaan hingga sampai ke daerah Cyprus, serta membentuk
baitul al-Mal.
Peradaban pada masa khalifah Usman ditandai oleh
perluasan daerah kekuasaan dengan dibentuknya armada-armada laut yang handal
sehingga dapat mengalahkan kekuatan Romawi. Hal ini juga mengisyaratkan adanya
teknologi yang dimiliki pada saat itu cukup memadai dan sangat canggih. Selain
itu peradaban ini tandai dengan keahlian para penulis wahyu yang semakin banyak
serta mampu menghimpun Al-Qur’an dalam satu bentuk mushaf Usmaniyah. pada masa
ini juga telah dikenal pengesahan surat dengan menggunakan stempel.
B. Saran
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyajikan makalah namun penulis sadari dalam makalah ini masih dapat
kekurangan dan perlu untuk diperbaiki lagi. Untuk itu penulis mengharap saran
dan kritik yang membangun agar dijadikan dasar dalam menyempurnakan makalah
ini. Atas saran dan kritik yang disampaikan diucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Murad, Musthafa. (2012). Kisah Hidup Utsman Ibn Affan.
Jakarta: Zaman
Syalabi, A. (2000). Sejarah Dan Kebudayaan Islam Jilid I.
Jakarta: PT Al- Husna Zikra
Hadi, Nur. (2012). Ayo Mengkaji Sejarah Kebudayaan Islam
untuk MA untuk Kelas XII. Erlangga
0 comments: