Pola Pelestarian Kearifan Lokal
Pola Pelestarian Kearifan Lokal
Bangsa yang besar adalah bangsa
yang tidak meninggalkan budayanya bahkan justru mampu mengembangkan budaya yang
telah ada menjadi budaya yang bisa dikenal oleh khalayak ramai.Budaya yang
berlaku dalam masyarakat merupakan bentuk dari kearifan lokal yang secara turun
temurun sudah berlaku didalam masyarakat.
Kearifan lokal yang sudah
menjadi sosok budaya didalam masyarakat memiliki pola pelestarian dan
pewarisan. Diantara cara melestarikan kearifan lokal adalah:
a.
Memberikan pendidikan dan
pengajaran tentang kebudayaan kepada generasi muda sedini mungkin, sehingga
menimbulkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap kearifan lokal yang ada;
Contoh:
adanya muatan-muatan lokal di sekolah-sekolah tentang kebudayaan daerah
setempat.
b.
Mengupayakan adanya dukungan di
semua pihak, baik dari pemerintah maupun swasta terhadap perkembangan kearifan
lokal.
c.
Pemahaman dari suatu pengalaman
yang panjang dengan pengamatan secara langsung atau disebutlearning by
experience yang dipertahankan dari generasi ke generasi.[1]
Beberapa motivasi yang harus
digerakkan agar kearifan lokal bisa dilestarikan,[2]diantaranya:
a.
Motivasi untuk menjaga,
mempertahankan dan mewariskan warisan budaya lokal yang diwarisinya dari
generasi sebelumnya;
b.
Motivasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan kecintaan generasi penerus bangsa terhadap nilai-nilai sejarah
kepribadian bangsa dari masa ke masa melalui pewarisan khasanah budaya dan
nilai-nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat, dikenang dan dihayati;
c.
Motivasi untuk menjamin
terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan budaya;
d. Motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya lokal akan
meningkat bila terpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersial untuk
meningkatkan kesejahteraan;
e.
Motivasi simbolis yang meyakini
bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari jati diri suatu kelompok atau
masyarakat sehingga dapat menumbuhkembangkan rasa kebanggaan, harga diri dan
percaya diri yang kuat.
[1]Marcus
J. Pattinama, 2009, Pengentasan Kemiskinan dengan Kearifan Lokal; Studi
Kasus di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat), Jurnal Makara, Sosial
Humaniora, Vol. 13, No. 1, (Ambon: Univ. Pattimura) 9.
[2]Agus
Dono Karmadi, Kepala Subdin Kebudayaan Dinas P dan K Jawa Tengah, Makalah
disampaikan pada Dialog Budaya Daerah Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah, di Semarang 8 - 9 Mei
2007.
0 comments: