Macam-Macam dan Hikmah Kearifan Lokal
Macam-Macam Kearifan Lokal
Macam-macam kearifan lokal
dala
m masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan
khusus. Secara substansi kearifan lokal dapat berupa aturan mengenai; kelembagaan
dan sanksi sosial, ketentuan tentang pemanfaatan ruang dan perkiraan musim
untuk bercocok tanam, pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan sensitif,
bentuk adaptasi tempat tinggal terhadap iklim, bencana atau ancaman lainnya.
Kearifan lokal dapat
diklasifikasikan menurut wujudnya:
a.
Wujud religi dan kebudayaan,
antara lain: filsafat, aturan, keyakinan mengenai Tuhan/Dewa, keyakinan
mengenai alam lain sesudah mati;
b.
Wujud sistem sosial, antara
lain: upacara dan ritual, kegiatan-kegiatan sosial yang dilandasi nilai-nilai
atau aturan-aturan keagamaan dan organisasi-organisasi agama;
c.
Wujud religi dan Kebudayaan
fisik, antara lain: bangunan candi, patung dewa-dewa, masjid, peralatan upacara
dan tempat-tempat ibadah serta peralatannya.
2.
Contoh Kearifan Lokal
·
penggunaan ruang dalam masyarakat baduy; mereka membagi 3 zone.
Zone pertama untuk pemukiman, kedua untuk bercocok tanam dan zone teratas
adalah untuk hutan dan pemujaan. Dalam sistem perladangan mereka tidak
melakukan perubahan secara besar-besaran akan tetapi mengikuti alam yang
berlaku saat itu.
·
Tradisi
Masyarakat Bali yang relevan dengan teori pendidikan dan pengajaran modern;
konsepsi belajar-mengajar, jenjang dan disiplin belajar.
·
Kudus, etos Gusjigang memiliki makna ‘gus’ yang berarti bagus, ‘ji’
yang berarti mengaji, dan ‘gang’ yang berarti berdagang. Melalui filosofi
inilah sunan kudus menuntun para pengikutnya beserta masyarakat kudus menjadi
orang-orang yang memiliki kepribadian yang bagus, tekun mengaji, dan mau
berusaha atau berdagang.
·
Dalam tulisan Ihda Taftazani seorang praktisi keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) atau juga disebut occupational safety. Spesialisasi di
OHSAS dan NOSA, berkecimpung di dunia manajemen sistem K3. Juga seorang safety
trainer dan konsultan. Pernah di industri manufaktur, industri tambang mineral, industri alat berat. Setelah sekian
lama di Papua, sekarang di JakartaSalah satu falsafah sunan kudus : “yen sira landep ojo natoni,
yen sira banter ojo nglancangi, yen sira mandhi ojo mateni”. Yang
artinya : “Jika engkau cukup tajam perkataannmu jangan melukai, jika engkau
cukup cepat jangan mendahului, jika engkau cukup sakti jangan membunuh”. Ini
adalah bukti kenegarawan Sunan Kudus dalam menjaga hati, kesopanan, tingkah
laku beliau supaya tidak takabbur.
·
Pati dan sekitarnya, dikenal istilah ''Sambatan'' sebuah perilaku
pro sosial yang menjadi ciri khas kesatuan bangsa Indonesia terutama yang hidup
diperdesaan. Kontak sosial yang begitu terasa melekat pada setiap warga mampu
membentuk semangat gotong-royong yang tinggi tanpa mengharapkan imbalan
sedikitpun.
·
Tahlilan, recitation of
several verses from the Holy Quran and prayers were made for the well-being of
community;
·
Kasidahan, traditional religious
singing accompanied by hand drums;
·
Ruwahan, observances is
to cleanse and purify the physical body in preparation for the fast;
(Ibadah untuk membersihkan dan memurnikan jiwa sebagai persiapan menghadapi
puasa).
·
Selapanan, thirty-five
days after birth all these things are taken down and there is another slametan,
with roughly the same food as on the fifth day.
·
Kelahiran; ngapati, nglimani, mitoni/tingkeban, nyangani,
brokohan, sepasaran, puputan, selapanan, tedhak siti, setahunan;
·
perkawinan; kumbakarnan, pasang tarub, midadareni, majemukan,
selametan, walimahan, sepasaran manten;
·
Dan lain-lain, termasuk budaya gotong-royong, saling menghormati,
tepa selira, ziarah dan masih banyak yang lainnya
bagus tulisannya. punya buku kearifan lokal Madura? saya sangat butuh
ReplyDelete