NAHYI DALAM SURAT AL-BAQARAH (PROPOSAL SKRIPSI)
( Studi Analisis tentang Makna-makna Nahyi
dan Rahasia-rahasia Pendidikan Ditinjau dari Segi Ilmu Ma’ani )
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Dengan perantaraan malaikat jibril, dimulai dengan surat
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-nas, ditulis dalam mushaf-mushaf yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membacanya merupakan suatu
ibadah. As-Shabuny (1998 : 15). Al-Qur’an berisikan seperangkat petunjuk untuk
seluruh manusia demi kemaslahatan hidup mereka di dunia dan di akhirat.
Petunjuk Al-Qur’an ini berlaku disepanjang zaman dan disegala tempat, dan
kemurnian Al-Qur’an akan selalu terjaga. Sebagaimana firman Allah Swt :
$RÎ) ß`øtwU $uZø9¨“tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Sesungguhnya kamilah yang menurunkan
Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya (QS. Al-Hijr:9).
Demikianlah
Allah menjamin keotentikan Al-Qur’an. Jaminan yang diberikan atas dasar
kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan
oleh mahluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan adanya jaminan tersebut, umat
islam tidak perlu mengkhawatirkan kemurnian Al-Qur’an, karena Al-Qur’an tidak
akan pernah berubah sampai akhir zaman.
Kaum
muslim berkeyakinan bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, merupakan rahmat dan
petunjuk bagi segenap bangsa yang berlaku disepanjang waktu dan di semua
tempat. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw yang sangat luar biasa
dan kekal. Keabadaian mukjizat Al-Qur’an tersebut karena risalah Nabi Muhammad
Saw, berlaku untuk seluruh manusia sampai berakhirnya dunia ini. Untuk
dijadikan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi seluruh manusia. Mukjizat
yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai bukti kenabiannya untuk
menantang orang-orang yang ragu atas Al-Qur’an, dan mengatasi kepandaian
kaumnya disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada di atas
segala-galanya.
Menurut
Al-Qaththan (1998 : 8) bahwa definisi mukjizat adalah suatu kejadian yang
keluar dari kebiasaan , disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat
ditandingi. (Anwar, 2004:190). Al-Qur’an dikatakan sebagai suatu mukjizat,
karena manusia tidak akan mampu untuk
mendatangkan hal yang serupa dengannya.
Al-Qur’an merupakan kitab samawi yang
terakhir, bahasa komunikasi yang digunakan Al-Qur’an adalah bahasa arab.
Penggunaan bahasa Arab sebagai media komunikasi Al-Qur’an merupakan konsekuensi
logis dari penurunannya kepada seorang nabi yang berbangsa Arab dan berbahasa
Arab serta berinteraksi dengan masyarakat Arab, yang merupakan masyarakat pertama
yang berkontak langsung dengan Al-Qur’an selama masa penurunannya. Sedangkan
tujuan penggunaan bahasa Arab tidak lain agar mereka dapat memahami Al-Qur’an.
Allah Swt berfirman :
!$¯RÎ) çm»oYø9t“Rr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès? ÇËÈ
!
Sesungguhnya kami
menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kamu dapat
memahaminya (QS.
Yusuf:2).
Al-Qur’an
sebagaimana telah difahami oleh seluruh kaum muslim yaitu dengan menggunakan
bahasa Arab dan mempunyai maziyyah (keistimewaan) yang tidak ada pada
kitab-kitab sebelumnya. Diantara keistimewaan tersebut ialah mempunyai nilai
sastra yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rangkaian kalimat didalamnya
yang tersusun dan indah serta kandungan makananya yang padat. Tetapi harus
diingat pula bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab sastra, tetapi kitabullah yang
mengandung nilai-nilai sastra. Oleh sebab itu, Al-Qur’an tidak dapat disamakan
dengan karya-karya sastra manusia.
Kemukjizatan dalam Al-Qur’an meliputi
berbagai aspek, salah satunya adalah aspek kebahasaan. Gaya bahasa
Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sifat
balaghahnya sehingga membuat kagum, bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi
juga bagi orang-orang kafir. Meyakini ketinggian nilai bahasa Al-Qur’an bahwa
Al-Qur’an adalah kalam yang maha sempurna, kalam yang bernilai mukjizat, dan
tidak ada seorangpun yang bisa membuat yang serupa dengan Al-Qur’an.
Bahasa Arab
memiliki kedudukan penting, sebab disamping dipilih oleh Allah sebagai bahasa
Al-Qur’an, juga sebagai bahasa peribadatan, artinya huruf-huruf dan struktur
bahasa yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan kumpulan firman Allah yang
dinilai sebagai bagian ajaran agama.
Sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh Qaththan (1998 : 8), bahwa Al-Qur’an itu
mukjizat dengan segala makna yang dikandung oleh lafadz-lafadz dan uslub-uslub
kebahasaannya. Berkaitan dengan kemukjizatan Al-Qur’an dari aspek bahasa ini
dan kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an juga bahasa yang memiliki
banyak rahasia-rahasia dan keanehan. Berbicara tentang bahasa Arab itu bukanlah
hal yang mudah, karena bahasa Arab mempunyai berbagi macam ilmu.
Menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang sangat indah dan sangat sarat akan makna itu tidaklah
mudah. Apalagi Al-Qur’an merupakan mukjizat terindah dan teragung yang
diberikan kepada Nabi besar kita, Muhammad Saw. Kitab suci yang menjadi pedoman
hidup umat isalm, yang menuntun kita untuk meraih kebahagiaan hakiki yaitu
menggapai keridaan-Nya semata. Salah satu sarana dari sekian banyak disiplin
ilmu yang dapat dipergunakan untuk mencapai maksud itu adalah dengan mempelajari ilmu Balaghah.
Secara
ilmiah Balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada kejernihan
jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di
antara macam-macam uslub (ungkapan), (Ali Al-Jarim, 1994 : 6).ilmu Balaghah
meliputi tiga bidang ilmu, yaitu Ilmu Bayan, Ilmu Badi’ dan Ilmu Ma’ani (T Fuad
Wahab, 1996 : 3). Sedangkan objek yang akan dibahas oleh penulis adalah ilmu
Ma’ani. Ilmu Ma’ani yaitu ilmu pengetahuan tentang keadaan lafazh-lafazh ‘Arabi
yang dengan perantaraannya dapat menyesuaikan kalam dengan muqtadhalhal, (T
Fuad Wahab, 1996 : 76). Dengan ilmu ma’ani kita dapat menemukan rahasia-rahasia
bahasa arab dan keanehannya dalam Al-Qur’an.
Dalam
hal ini penulis akan menyoroti tentang makna-makna Nahyi. Seperti contoh firman
Allah SWT :
$yg•ƒr'¯»tƒ
â¨$¨Z9$#
(#qè=ä.
$£JÏB
’Îû ÇÚö‘F{$#
Wx»n=ym
$Y7Íh‹sÛ
Ÿwur
(#qãèÎ6®Ks?
ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø‹¤±9$#
4
¼çm¯RÎ)
öNä3s9 Ar߉tã
îûüÎ7•B
ÇÊÏÑÈ
Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.
(QS. Al-Baqarah:168).
Bila kita perhatikan contoh
kalimat Nahyi di atas merupakan larangan dari Allah SWT, sedangkan yang
dilarang adalah hamba-hambanya. Larangan seperti contoh di atas adalah larangan
yang hakiki.
Secara umum dapat kita pahami
bahwa makna Nahyi pada asalnya adalah kalimat larangan. Namun jika kita
perhatikan pada QS. Al-Baqarah ayat 168 :
3 $oY/u‘ Ÿw !$tRõ‹Ï{#xsè? bÎ) !$uZŠÅ¡®S
÷rr&
$tRù'sÜ÷zr& 4 ÇËÑÏÈ
Tuhan kami, janganlah engkau
menuntut kami apabila kami lupa atau berbuat salah.
kalimat Nahyi di atas
menunjukan makna Do’a (permohonan) dari seorang hamba kepada Allah SWT, dan kita
tidak mendapatkan makna larangan yang hakiki, melainkan menunjukan makna lain
yang dapat kita pahami berdasarkan susunan kalimat dan kondisi serta
situasinya.
Dari uraian di atas bahwa
makna Nahyi itu tidak selamanya bermakna larangan, akan tetapi terkadang
redaksi Nahyi keluar dari maknanya yang hakiki dan menunjukan makna lain yang
dapat dipahami dari susunan kalimat serta kondisi dan situasinya. (Ali
Al-Jarim, 1994 :263).
Melihat permasalahan di atas,
penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi tentang
makna-makna Nahyi. Dan karena Nahyi dalam Al-Qur’an itu sangat banyak dan
tersebar dalam berbagi surat, maka penulis membatasi penelitian ini pada surat
Al-Baqarah. Penulis memberi judul untuk penelitian ini dengan : “ NAHYI
DALAM SURAT AL-BAQARAH ” ( Studi Analisis tentang Makna-makna Nahyi
dan Rahasia-rahasia Pendidikan Ditinjau dari Segi Ilmu Ma’ani ).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka penulis dapat membuat rumusan masalah yang akan diteliti
sebagai berikut :
1. Ayat-ayat berapakah dalam
surat Al-Baqarah yang mengandung Nahyi
?
2. Apa makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat Nahyi pada
surat Al-Baqarah ?
3. Bagaimana
rahasia-rahasia pendidikan dari penggunaan Nahyi dalam surat Al-Baqarah ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui
ayat-ayat dalam surat Al-Baqarah yang mengandung Nahyi.
2. Untuk mengetahui
makna kalimat-kalimat yang mengandung Nahyi pada surat Al-Baqarah.
3. Untuk mengetahui
rahasia-rahasia pendidikan dari penggunaan Nahyi dalam surat Al-Baqarah.
D.
Dasar Pemikiran
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “
bacaan sempurna “ merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena
tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis – baca lima ribu tahun yang
lalu yang dapat menandiingi Al-Qur’an Al-karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.
(M.Quraisy Shihab, 1998:3). Al-Qur’an sebagai kitab samawi yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. adalah kitab yang terakhir di turunkan Allah SWT.
Al-Qur’an juga merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi umat islam dan bahkan
untuk umat manusia secara keseluruhan.
Sebagaimana diketahui bahwa Al-Qur’an
adalah kitab suci universal – berlaku untuk setiap ruang dan waktu manusia –
yang dianugerahkan Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Keuniversalan
Al-Qur’an terletak pada cakupan pesannya yang menjangkau ke seluruh lapisan
umat manusia, kapan saja dan dimana saja. (Umar Shihab, 2005 : 4). Prinsip
universalisme Al-Qur’an merupakan bukti keluasan dan keluwesan isi kandungan
Al-Qur’an, sehingga Al-Qur’an berlaku di sepanjang zaman.
Al-Qur’anul karim adalah mukjizat islam
yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia
diturunkan Allah SWT kepada rasulullah, Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia
dari suasana gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang
lurus. (Qaththan, 1996 : 371).
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama
islam, anatara lain, sebagai “ suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi
melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan
kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal yang serupa, namun
mereka tidak mampu melayani tantangan itu. (M Quraisy Shihab, 1998 : 23).
Umat islam telah maklum bahwa bahasa
komunikasi yang dipergunakan Al-Qur’an adalah bahasa Arab. Al-Qur’an sendiri
menegaskan bahwa wahyu itu tertuang dalam lisan Arab yang jelas (Watt, 1995 : 131 ).ô
ô‰s)s9ur ãNn=÷ètR óOßg¯Rr& šcqä9qà)tƒ $yJ¯RÎ) ¼çmßJÏk=yèムÖt±o0 3 Üc$|¡Ïj9 “Ï%©!$# šcr߉Åsù=ムÏmøŠs9Î) @‘ÏJyfôãr& #x‹»ydur îb$|¡Ï9 ?†Î1ttã êúüÎ7•B ÇÊÉÌÈ
Dan
Sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran
itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". padahal bahasa
orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam,
sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang “. (QS. An-nahl:103).
Tidak dapat disangkal lagi
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an tersusun dengan kosakata bahasa Arab, kecuali
beberapa kata yang masuk dalam perbendaharaanya akibat akulturasi. (M. Quraisy Shihab, 1998 : 89). Timbulnya
Negara islam berdiri di atas bahu kehidupan bahasa Arab. Al-Qur’an itulah yang
menghidupkan islam. Tidak dapat diketahui asal-usul dan asas islam itu
melainkan dengan memahami Al-Qur’an dan berikut bahasa Arab. (Quththan 1995 :
153).
Al-Qur’an
sebagaimana ia diturunkan oleh Allah SWT mempunyai keunggulan-keunggulan yang
membuatnya istimewa dibandingkan dengan kitab suci lainnya. Ia adalah kitab
Ilahi, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan dan
dimudahkan untuk dipahami, kitab suci yang dijamin keotentikannya, kitab suci
bagi agama seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh
umat manusia. (Qardhawi, 1999 : 52). Al-Qur’an mendapatkan posisi yang tinggi dikalangan penganutnya. Posisi ini
merupakan posisi yang sangat istimewa. Karena Al-Qur’an adalah kitab rujukan
dalam berbagai dimensi kehidupan umat islam (Muhtadi,
2005 : 132 ).
Kemukjizatan
Al-Qur’an ini terletak pada fashahah dan balaghahnya, keindahan susunan dan
gaya bahasanya yang tidak ada tara bandingannya. Mustahil manusia yang dapat
membuat susunan yang serupa dengan Al-Qur’an, yang dapat menandinginya. Dalam
Al-Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat yang menantang setiap orang dan mengatakan
kendatipun berkumpul jin dan manusia untuk membuat yang serupa Al-Qur’an,
mereka tidak akan dapat membuatnya (Abidin, 1992 : 100). Seperti firman Allah
SWT :
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #’n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x‹»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ
Katakanlah:
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra:88).
Seperti telah
dikemukakan dalam uraian tentang pengertian mukjizat Al-Qur’an bahwa setiap
orang terpesona dengan keunikan dan kemukjizatan kandungan Al-Qur’an terlebih
dahulu ia akan terpukau oleh beberapa keistimewaaannya yang berkaitan dengan
susunan kata dan kalimatnya, seperti nada dan langgamnya, sifat dan redaksinya
yang singkat tapi sarat makna, pemuasan akal dan kalbu, pemuasan cendekia dan
orang kebanyakan, serta keindahan dan ketepatan maknanya.
Adapun ilmu-ilmu yang dapat
memudahkan kita untuk menemukan rahasia-rahasia bahasa arab dan keanehannya
saalah satunya adalah imu Balaghah. Ia merupakan suatu disiplin ilmu yang
berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keaindahan serta
kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam uslub (ungkapan).
(Al-Jarim, 1994 : 6). Dalam ilmu Balaghah terdapat tiga jenis ilmu, yaitu ilmu
Ma’ani, ilmu Bayan, dan ilmu Badi’. Akan tetapi, objek yang akan dibahas oleh
penulis adalah ilmu Ma’ani serta mengambil salah satu pembahasannya yaitu
tentang Nahyi yang terdapat dalam surat Al-Baqarah.
Ilmu Ma’ani adalah ilmu
pengetahuan tentang keadaaan lafadz-lafadz ‘Aroby yang dengan perantaraannya
dapat menyesuaikan kalam dengan dengan muqtadlolhal. (T Fuad Wahab, 1991:77).
Ilmu Ma’ani merupakan puncak dari studi sintaksis yang mengkaji ketepatan
ungkapan dilihat dari makna dan situasi pemakaiannya (Syihabuddin, 2005 : 31).
Dengan inilah Al-Qur’an menjadi suatu mukjizat, letak kemukjizatannya yaitu
dari keindahan susunannya dan
penjelasan-penjelasan maknanya yang sangat mengagumkan. Dalam ilmu
Ma’ani terdapat dua macam kalam, yaitu kalam Khabari dan kalam Insya’i, adapun
yang akan dibahas oleh penulis di sini yaitu tentang Nahyi yang merupakan
bagian dari kalam Insya’i yaitu Insya’ Thalabi. Karena Nahyi ini ternyata sarat
akan maknanya dan menarik untuk dikaji lebih dalam lagi.
Nahyi adalah
tuntutan untuk meninggalkan sesuatu yang datang dari atas kepada yang ada di
bawahnya. (Machasin, 2007 : 102). Nahyi ini dapat diungkapkan melalui satu
cara, yaitu dengan menggunakan fi’il Mudhari’ yang didahului dengan Laa Nahyi.
Kadang-kadang redaksi Nahyi keluar dari maknanya yang hakiki dan menunjukan
makna lain yang dapat dipahami dari susunan kalimat serta kondisi dan
situasinya, seperti untuk Do’a, Iltimas (menyapa sesama), Tamanni (mengharapkan
sesuatu yang mustahil), Irsyad (membimbing/menuntun), Taubikh (mencela), Tai’is
(pesimistis), Tahdid (marah), dan Tahqir (menghinakan). Beradasarkan penelitian
awal, bahwa kalimat Nahyi yang terdapat dalam surat Al-Baqarah sebanyak 35. Contoh firman Allah SWT tentang makna-makna Nahyi Hakiki dan Ghair
Hakiki adalah sebagai berikut :
1. Makna
Hakiki
Yaitu kalimat
larangan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi statusnya kepada pihak
yang statusnya lebih rendah agar meninggalkan suatu perbuatan. Seperti firman
Allah SWT :
“Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚö‘F{$# $V©ºtÏù uä!$yJ¡¡9$#ur [ä!$oYÎ/ tAt“Rr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%ø—Í‘ öNä3©9 ( Ÿxsù (#qè=yèøgrB ¬! #YŠ#y‰Rr& öNçFRr&ur šcqßJn=÷ès? ÇËËÈ
Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu Mengetahui.
[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping
menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar menggunakan
akalnya untuk mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri, di samping untuk
kemanfaatan hidupnya, juga untuk mengagungkan nama tuhannya yang telah menciptakan
dirinya dan memberikan berbagai macam kenikmatan. Bila kita perhatikan ayat
tersebut, maka disana terdapat rahasia pendidikan yaitu pada aspek tauhid, yang
mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang percaya adanya Tuhan (Homodivinous). (Ihsan, 2007 : 117). Sebagai makhluk yang mempunyai akal sepatutnya mengerti bahwa hakikat
diciptakannya manusia dan alam semesta ini semata-mata untuk menyembah Allah
SWT. Dan Allah SWT sangat melarang untuk mengadakan sekutu-sekutu selain Allah
dan musyrik kepada-Nya.
2. Makna
Irsyad
Irsyad adalah
makna yang berisi pepatah atau bimbingan mengenai sesuatu. Seperti firman Allah
SWT :
4Óœ»urur !$pkÍ5 ÞO¿Ïdºtö/Î) Ïm‹Ï^t/ Ü>qà)÷ètƒur ¢ÓÍ_t6»tƒ ¨bÎ) ©!$# 4’s"sÜô¹$# ãNä3s9 tûïÏe$!$# Ÿxsù £`è?qßJs? žwÎ) OçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡•B ÇÊÌËÈ
Dan Ibrahim
Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih
agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam".
Berdasarkan firman Allah SWT
di atas, terdapat rahasia pendidikan, yaitu perlu kita ketahui bahwasanya salah
satu tujuan pendidikan, yaitu untuk menjadi insan kamil (manusia yang
sempurna). Insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada
Allah inilah merupakan tujuan akhir pendidikan.
3. Makna
Taubikh
Taubikh yaitu
ungkapan yang berkaitan dengan celaan atau teguran dari si pembicara terhadap
orang yang diajak bicara. Seperti firman Allah SWT :
(#qà)ÏÿRr&ur ’Îû È@‹Î6y™ «!$# Ÿwur (#qà)ù=è? ö/ä3ƒÏ‰÷ƒr'Î/ ’n<Î) Ïps3è=ökJ9$# ¡ (#þqãZÅ¡ômr&ur ¡ ¨bÎ) ©!$# =Ïtä† tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÒÎÈ
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Kandungan ayat diatas
menunjukan bahwa terdapat rahasia pendidikan yaitu Allah SWT telah menjadikan
manusia itu sebagai makhluk yang paling sempurna, salah satu kesempurnaan itu
adalah akal yang bisa membedakan antara
yang haq dan bathil. Maka Allah SWT telah melarang manusia untuk
menjatuhkan dirinya ke dalam kebinasaan.
4.
Makna Tahqir
Tahqir ialah menghinakan kepada sesuatu
Sebagaimana Firman-Nya :
$yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qä9qà)s? $uZÏãºu‘ (#qä9qè%ur $tRöÝàR$# (#qãèyJó™$#ur 3 šúïÌÏÿ»x6ù=Ï9ur ë>#x‹tã ÒOŠÏ9r& ÇÊÉÍÈ
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina",
tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi
orang-orang yang kafir siksaan yang pedih[80].
[80] Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu
memperhatikan kami. di kala para sahabat menghadapkan kata Ini kepada
Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata Ini dengan digumam seakan-akan
menyebut Raa'ina padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti
kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan
menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang
juga sama artinya dengan Raa'ina.
Selanjutnya larangan tersebut
dikaitkan dengan rahasia pendidikan bahwa disana terdapat pendidikan akhlak,
yaitu untuk selalu menghargai oranglain,
karena pada prinsipnya manusia adalah moscius, yaitu makhluk yang
berwatak dan dan memiliki garizah (insting) untuk hidup bermasyarakat (Ihsan,
2007 : 115). Maka Sebagai makhluk
sosial, manusia harus memiliki akhlak yang baik agar interaksi sesama manusia
terjalin dengan baik pula.
5. Makna
Do’a
Makna Do’a ini
muncul jika nahyi berbentuk permohonan yang berasal dari pihak yang rendah
kepada pihak yang tinggi atau dari yang kecil kepada yang besar. Seperti firman
Allah SWT :
Ÿw ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øÿtR žwÎ) $ygyèó™ãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pköŽn=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 $oY/u‘ Ÿw !$tRõ‹Ï{#xsè? bÎ) !$uZŠÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4 $oY/u‘ Ÿwur ö@ÏJóss? !$uZøŠn=tã #\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym ’n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ/u‘ Ÿwur $oYù=ÏdJysè? $tB Ÿw sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur $¨Ytã öÏÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö‘$#ur 4 |MRr& $uZ9s9öqtB $tRöÝÁR$$sù ’n?tã ÏQöqs)ø9$# šúïÍÏÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ
Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir."
Berdasarkan firman Allah SWT
di atas, terdapat rahasia pendidikan. Dalam hal ini terdapat dalam metode
pendidikan yaitu adanya prinsip komunikasi terbuka, yaitu guru mendorong
anak didik untuk membuka diri terhadap segala hal atau bahan pelajaran yang
disajikan kepada mereka (Ihsan, 2007 : 171). Prinsip ini juga bisa disebut
dengan prinsip Demokrasi, dimana seorang anak didik yang lebih rendah
martabatnya meminta suatu permintaan kepada yang lebih tinggi martabatnya
(guru). Bila di teliti dari makna ayat tersebut, jelas bahwa Allah menciptakan
manusia hidup di dunia ini yaitu semata-mata untuk beribadah serta berdo’a dan
meminta ampun kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT juga tidak akan
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Berangkat dari dasar pemikiran di atas,
maka penulis membuat skema sebagai berikut :

E.
Langkah-langkah Penelitian
Mengacu pada permasalahan dan tujuan di
atas, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: penentuan
metode penelitian yang digunakan, penentuan sumber data, penentuan jenis data
yang dikumpulkan, serta analisis data. Adapun langkh-langkah yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1) Metode penelitian
Dalam menentukan metode penelitian masalah
ini digunakan metode analisis isi ( content analysis), yaitu dengan
mengambil dan menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an serta pendapat para ulama
tentang nahyi.
2) Data dan sumber data
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primernya adalah kitab suci Al-Qur’an serta kitab-kitab
ulumul Qur’an dan kitab-kitab Balaghah yang membahas tentang Nahyi. Adapun sumber
data sekundernya adalah buku-buku atau karya-karya lain yang menunjang serta
berkaitan dengan objek penelitian.
3) Teknik pengumpulan
data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh penulis dalam rangka menyaring dan mengumpulkan data ialah dengan cara
studi kepustakaan, yaitu dengan mendayagunakan semua informasi yang terdapat
dalam berbagai literatur. Adapun langkah-langkahmnya adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan sumber
data.
b. Mencari teori-teori
yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.
c. Mengidentifikasi
kalimat-kalimat Nahyi yang ada dalam surat Al-Baqarah.
d. Menganalisis setiap
data yang sesuai dengan kalimat Nahyi.
4) Analisis data
Analisis dalam proses penelitian merupakan
bagian yang penting, karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak
manfaatnya, terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan
akhir penelitian (Priatna, 2008 : 181). Analisis data merupakan kegiatan dalam
memproses data untuk mengetahui hakikat permasalahan yang diteliti. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh dalam analisis data ini adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi
Langkah ini merupakan kegiatan
dalam pengelompokan data dengan mengumpulkan ayat-ayat yang terkandung di dalam
Nahyi dalam surat Al-Baqarah.
b.Tafsir penjelas
Untuk lebih memperjelas makna
yang terkandung dalam ayat-ayat surat Al-Baqarah, maka penulis menggunakan
tafsir Al-Qur’an sebagai berikut :
·
Sofwatuttafaasiir
·
Tafsir Al-Maraghi
·
Tafsir Ibnu Tsina
5). Membuat kesimpulan
Langkah ini adalah kegiatan
dalam menentukan prinsip-prinsip umum dari kajian yang telah dilakukan.
Sebagaimana dikatakan oleh Suharsimi Arikunto (1998: 346) bahwa kesimpulan
penelitian adalah hasil proses berfikir dengan memisahkan sesuatu dari tempat
yang satu ke tempat yang lain. Langkah ini merupakan kesimpulan jawaban
permasalahan yang tercantum dalam rumusan masalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Al-Jarim dan Musthafa Utsman, Terjemahan
Al-Balaghatul Waadhihah, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1994
Al-Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan
Al-Qur’an, Jakarta : Gema Insani Press, 1999
Al-Qaththan, Mannaul Khalil, Studi Ilmu-Ilmu
Qur’an, Bogor : Litera Antar Nusa, 1996
Abidin, Zainal, Seluk-Beluk Al-Qur’an,
Jakarta : Rineka Cipta, 1992
Ash-Shabuny, M. Ali, Studi Ilmu Al-Qur’an,
Bandung : Pustaka Setia, 1998
Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, Bandung :
Pustaka Setia, 2004
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta, 1998
Ihsan, Hamdani, dan H.A Fuad Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2007
Muhsin, K.H.A. Wahab dan T. Fuad Wahab, Pokok-Pokok
Ilmu Balaghah, Bandung : Angkasa, 1991
Muhtadi, H. Asep Saeful, MA, dan Agus Syafe’I, Al-Qur’an
Kitab Kesalehan Sosial, Bandung : Buku Seri M2 KQ, 2005
Shihab, M. Quraisy, Mukjizat Al-Qur’an,
Bandung : Mizan, 1998
Shihab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an,
Bandung : Mizan, 1998
Shihab, Umar, MA, Kontekstualitas Al-Qur’an,
Jakarta : Penamadani, 2005
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia,
Bandung : Humaniora, 2005
Suryana, Yaya dan Tedi Priatna, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung : Tsabita, 2008
Quththan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an,
Jakarta : Rineka Cipta, 1995
Watt, W. Montgomery, Pengantar Studi Al-Qur’an,
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995
Wahyudin,
Yuyun, MA, Menguasai Balaghah Cara Cerdas Berbahasa, Yogyakarta : Nurma
Media Idea, 2007
0 comments: